Menurut sejarah, mie pertama dibuat di daratan Tiongkok pada zaman Dinasti Han. Kemudian berkembang ke negara-negara Asia Timur Jauh seperti Jepang, Korea, dan Taiwan. Tak berhenti sampai di situ, setelah Marco Polo berkunjung ke Tiongkok, ia membawa serta mie pulang ke Eropa sebagai oleh-oleh, kemudian berkembang dalam bentuk, kreasi, dan nama yang lain.
Bagi bangsa Tiongkok, mie adalah simbol kehidupan yang panjang. Bentuknya yang panjang dan tidak mudah putus adalah gambaran harapan umur panjang. Karenanya, mie sering dijadikan sajian wajib pada acara ulang tahun atau tahun baru, sebagai lambang umur panjang.
Sekarang, mie sudah sangat populer di Indonesia, dengan berbagai macam jenis olahan. Bahkan, beberapa orang mengatakan mie sebagai makanan wajib bagi mereka. Untuk memenuhi selera lidah terkait makanan jenis mie tidak sulit, Pasalnya, bahan-bahan makanan ini cukup sederhana dan mudah diperoleh.
Sediakan saja bahan dasarnya, yaitu mie telur. Nantinya, bahan tadi dimasak bersama kaldu ayam ditambah dengan daging sapi, bakso atau seafood, sawi hijau, jamur, garam dan merica.
Kelezatan makanan ini lebih lengkap apabila disajikan dalam sebuah claypot. Lebih lezat karena secara visual akan menambah selera makan bagi mereka yang melihatnya.
Claypot yang digunakan untuk memasak hidangan ini berbeda dengan mangkuk biasa lantaran terbuat dari bahan keramik alih-alih dari bahan gelas. Keunggulannya dapat menyimpan panas lebih lama dibanding panci biasa, sehingga hidangan bisa tetap hangat hingga tetes terakhir.
Selain fungsi tadi, penggunaan wadah-wadah unik dan "cantik", menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek foto kuliner bagi pelanggan di sebuah resto.
Menikmati mie kuah yang hangat dengan isi udang pasti menjadi sajian yang menyenangkan. Tidak sulit untuk menyajikan hidangan ini. Cukup dengan mengikuti petunjuk dan cara pembuatannya Anda sudah bisa langsung menikmati sajian yang lezat ini.
Bahan-bahan: