Mohon tunggu...
Efendi Muhayar
Efendi Muhayar Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki dengan pekerjaan sebagai ASN dan memiliki hobby menulis artikel

S-2, ASN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pluralisme dan Tantangannya

18 Agustus 2020   00:40 Diperbarui: 18 Agustus 2020   01:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Jakarta sebagai barometer pembangunan dan barometer kegiatan social, budaya dan  politik nasional tentunya  tidak bisa dilepaskan  dari kegiatan kultural dan spiritual keagamaan masyarakatnya. Namun Jakarta mendapat  predikat kota ketiga terendah dalam toleransi oleh lembaga Setara Institute.  Singkawang menjadi  paling sukses menerapkan toleransi bahkan sampai RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan produk hukum lainnya. Sedangkan kota yang paling rendah toleransinya menurut Setara Institure adalah kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Dengan penilaian  ini  tentunya menjadi cambuk bagi masyarakat dan pemerintah DKI Jakarta dapat keluar dari stigma negative sebagai kota yang anti toleran.

Sebagai ibu kota, dan pusat berbagai aktivitas kenegaraan,  seharusnya   Jakarta menjadi barometer soal toleransi di Indonesia. Karena  kedewasaan menerima perbedaan harus dinilai sebagai rahmat Tuhan bukan di perdebatkan. Warga Jakarta yang plural ini harus bisa menerima dan memahami itu sebagai kota yang kumpul berbagai macam etnis suku dan budaya.

Berkaca pada hal tersebut, keberadaan edukasi dan informasi kepada warga Jakarta dan peran lembaga-lembaga yang peduli terhadap pluralitas perlu terus dikembangkan. Sebab plural bukan berarti harus ikut bergabung dalam peribadatan yang sama tapi dengan keyakinan berbeda yang kita miliki, tapi plural adalah kondisi kesiapan individu dan kelompok untuk menerima perbedaan dan hidup berdampingan dalam harmoni berbangsa dan bernegara.

Untuk itulah lembaga Forum Harmoni Anak Bangsa (FHAB) sebagai wadah  berkumpulkan para tokoh dari 6 (enam) agama dan tokoh masyarakat Jakarta, yang lahir sejak tahun 2012 mencoba merangkul warga Jakarta untuk bersama-sama menjaga harmoni beragama dan bermasyarakat dalam bingkai kebangsaan Indonesia pada umumnya dan bingkai kesatuan warga Jakarta pada khususnya.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Forum Harmoni Anak Bangsa (FHAB) melakukan konsolidasi internal dengan mengadakan pertemuan para pendiri dan tokoh sebagai langkah untuk menghidupkan kembali aktivitas edukasi dan komunikasi kepada masyarakat melalui peningkatan  kinerja dan perbaikan sistem manajemen organisasi FHAB, yang  dilaksakan beberapa waktu lalu bertempat di Vihara Hemadhiro Mettavati, Kapuk -- Jakarta Barat.

Beberapa catatan penting dalam pertemuan tersebut diantaranya, perlunya untuk terus dikembangkan media edukasi dan komunikasi melalui website; pengembangan kegiatan yang berkaitan dengan pluralitas; pengembangan ekonomi kemasyarakatan; perencanaan pelantikan pengurus baru dan  rencana silaturahmi ke unsur   serta Ormas-ormas lain yang ada di Jakarta.

Selain itu, juga juga dilakukan sosialisasi dalam upaya  pengembangan keorganisasian melalui rekruitmen anggota baru. Dalam rekruitmen tidak dibatasi usia agama maupun profesi. Namun yang diutamakan adalah orang-orang atau pribadi yang memiliki kepedulian terhadap sesama  dan memiliki jiwa untuk membangun pluralisme sebagai anak bangsa dengan tetap memagang teguh  aqidah masing-masing.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun