Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transportasi Online

2 Mei 2017   09:46 Diperbarui: 2 Mei 2017   10:07 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika orang berbicara mengenai Globalisasi, banyak orang yang mulai bersiap-siap, apa yang hendak dilakukan apabila hal itu benar-benar terjadi disekitar kita, lebih-lebih mengenai Perdagangan bebas dunia yang mulai merambah disekitar kita. Kegiatan yang sifatnya online merambah begitu dekat dan orang-orang mulai menggunakan fasilitas ini itu untuk keperluan pembelian ataupun penjualan suatu produk. Persoalan yang muncul kemudian adalah siapkah kita menyambut permasalahan itu, siapkah kita, ketika perdagangan bebas itu mulai merambah disekitar kita, perdagangan online adalah lintas batas, dimanapun berada dapat menjangkaunya, syarat yang diperlukan adalah tersedianya koneksi internet. Dan itu sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi terus dalam kehidupan disekitar kita.

Banyak toko-toko yang bersifat konvensional menjual produknya, misalnya di Malioboro Yogyakarta, mereka tetap enjoy dan tetap laku, ketika muncul toko online yang menjual produk sama. Mereka sama-sama mengarungi lahan sama namun dengan cara pendekatan yang berbeda. Hasilnya juga sama-sama untung, penjualan juga dapat meningkat walau yang satu masih konvesional sedang yang lain sudah online. Bahkan produk-produk yang dijual secara konvensional, juga ditawarkan secara online dan ini rupanya belum ada permasalahan yang bersifat persaingan.

Ada hal yang perlu mendapat pertimbangan, ketika transportasi online mulai jadi alternatif pilihan seseorang, justru hal tersebut memicu adanya konflik yang tajam, bagi transportasi manual (konvensional) merasa dirugikan dengan dioperasikannya transportasi online, konflik ini telah memunculkan demo. Menurut Ketua Presidium ITW Edison Siahaan (2017) menganggap bahwa konflik yang terjadi merupakan kumpulan konflik yang selama ini dipelihara dan didiamkan oleh pemerintah. disamping itu juga mengatakan bahwa saat ini ribuan kendaraan angkutan online bisa dikatakan tanpa izin dan bebas beroperasi sebagai angkutan umum, tanpa memenuhi ketentuan sesuai Permenhub Nomor 32 Tahun 2016.

Konflik serupa tidak hanya terjadi di Tangerang saja di Yogyakarta, di Solo, Malang,  dan tempat lain juga memiliki konflik tramsportasi online, bahkan di Malang cukup alot pembicaraannya namun dapat juga mencari titik temunya, Perwakilan Mitra Pengemudi Online Malang Budi Santoso (2017) mengatakan hanya ingin memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam pelayanan angkutan. "Sistem online ini melahirkan kemudahan dalam berbagai bentuk jasa salah satunya jasa angkutan," ujarnya. Wali Kota Malang M Anton (2017) menyoroti tentang pendapatan berkurang dalam Transfortasi Konvensional, buntut dari ketidak nyamanan itu terjadi adanya demo besar-besaran (20/2/2017) didepan Balai Kota Malang, kesepakatan yang diambil "Angkutan berbasis online dilarang mengambil dan atau menarik penumpang pada lokasi perhotelan, mal, stasiun, terminal, tempat hiburan, pasar, rumah sakit, jalan yang dilalui angkutan kota," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang Kusnadi saat membacakan hasil mediasi. (Kompas.com, 28-02-2017).

Sebenarnya masalah transportasi online ini tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari, bagi yang bergabung dalam transportasi online, kiranya perlu mempertimbangkan mengenai masalah regulasinya, bagaimana aturan-aturan yang diterapkan pihak perusahaan online tersebut, apakah menjanjikan bagi naggota, apakah menerapkan sistem bagi hasil yang sama-sama menguntungkan, atau justru hanya sekedar menguntungkan satu pihak saja (dalam hal ini perusahaan sebagai penyedia transportsasi online tersebut). Atau juga karena ini baru ngetren dengan istilah jawa “demenyar” (demen mergo anyar/senang karena masih baru) yang nantinya akan pudar sendiri sebagaimana pernah terjadi dalam bisnis MLM (Multi Level marketing) yang pernah juga memboming yang akhirnya menjadi pudar dengan sendirinya dikarenakan banyak persoalan-persoalan, pertimbangan-pertimbangan untuk tidak lagi bergabung kedalam sistem tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun