Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Biji Stapler Hampir Tertelan, Waspada Kehalalan Pangan Hingga ke Penyajian

7 November 2017   16:33 Diperbarui: 8 November 2017   09:13 2496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspada pangan hingga ke penyajian | Foto: Dokpri

Menurut Dr. Arancha Gonzalez selaku Direktur Eksekutif International Trade Center, Muslim adalah segmen konsumen dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Setiap perusahaan yang tidak mempertimbangkan bagaimana melayani mereka akan kehilangan kesempatan yang signifikan dari hulu sampai ke hilir.

Sebagai negara muslim terbesar nomor 2 di dunia, Indonesia memerhatikan betul kehalalan produk pangan sebelum didistribusikan. Tingkat kesadaran konsumen terhadap produk halal pun meningkat dengan menjadi auditor terhadap makanan yang akan dibeli dan dikonsumsi sendiri. Makanan yang tak dilabeli label halal akan ditinggal dan beralih pada makanan yang dilengkapi dengan label tersebut.

Produk yang sudah diberi label halal sudah pasti melalui proses produksi yang baik dan higienis, terbuat dari bahan-bahan yang aman dikonsumsi, dan diproduksi sesuai standar yang berlaku. Dengan begitu, jaminan halal dalam setiap produk bukan kebutuhan untuk penduduk Muslim saja, melainkan untuk seluruh golongan agama sehingga menjadi tanggung jawab Pemerintah di bawah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang jaminan produk halal (UU JPH). (Kompasiana.com)

Sederhana tentang halal dalam kehidupan sehari-hari, tanggal 11 November 2017 esok, salah satu staf kantor yang beragama Kristen akan melangsungkan pernikahan. Undangan pun telah diberikan pada seluruh rekan kerja. Salah satu rekan yang kebetulan di depan saya berujar bahwa dia tidak akan menghadiri acara pernikahan karena khawatir makanan yang disajikan tidak halal.

Khawatir tentu saja boleh, namun perlu diketahui pula, bahwa dalam acara sakral dan melibatkan banyak undangan, kerabat yang berasal dari suku dan agama lain, tuan rumah acara tentu sudah memikirkan tentang konsumsi pada seluruh undangan tersebut. Itu sebabnya, di acara-acara yang diselenggarakan oleh mereka di luar Muslim, pada umumnya akan menyediakan dua jenis makanan di dua tempat yang berjauhan di lokasi yang sama. Misalnya, pada Suku Batak pada umumnya akan menyediakan makanan khas Batak dan makanan nasional.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, makanan dan label halal tak hanya urusan makanan tanpa bahan tidak halal di dalamnya bagi Muslim, dan pikiran bahwa label halal tidak dibutuhkan oleh suku Batak karena bisa mengonsumsi daging haram. Bukan!

Perlu diluruskan lagi bahwa urusan halal pada makanan bukan hanya urusan bahan mentah, bahan tambahan atau bahan olahan yang digunakan untuk menghasilkan suatu makanan. Seperti daging anjing, babi atau segala sesuatu yang bersumber dari hewan tersebut, darah, bahkan bangkai sebagaimana persepsi yang beredar di masyakarat.

Lebih dari itu, halal mencakup banyak hal yang bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan konsumen saat mengonsumsinya, seperti suplai bahan, proses produksi, penyimpanan, pengemasan, distribusi penjualan hingga ke penyajian produk. Sehingga label halal makanan sebenarnya tak hanya ditujukan pada konsumen Muslim saja, namun kepada seluruh konsumen tanpa terkecuali.

Suplai bahan yang tidak menggunakan bahan baku yang tidak halal, bisa saja jadi makanan yang tidak halal dilihat dari segi proses produksi dan proses lain yang setelah tiba di konsumen bisa membahayakan konsumen.

Tentang pengemasan makanan, belum lama ini, saya ngemil rempeyek kacang yang dibawa oleh salah seorang rekan kerja. Lagi enak-enaknya ngemil, lidah dan langit-langit mulut seperti tertusuk-tusuk benda tajam. Saya pikir hal biasa ya, mungkin hanya salah satu bagian runcing rempeyek yang ketika digigit juga nanti akan hancur.

Perekat yang digunakan pada kemasan rempeyek | DokPri
Perekat yang digunakan pada kemasan rempeyek | DokPri
Ketika tergigit kembali, gigi saya ngilu. Segera saya melihat perekat yang digunakan untuk mengemas rempeyek, biji stapler. Oke! Sepertinya saya tahu apa yang tengah saya kunyah. Karena saya tidak memiliki kemampuan untuk menelan benda asing terutama logam atau metal, saya memutuskan untuk mengeluarkan benda tersebut dengan meraba menggunakan lidah saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun