Musholla merupakan sarana ibadah yang sangat diperlukan di masyarakat untuk dapat menjalankan ibadah secara berjamaah. Selain sebagai tempat sholat, banyak musholla juga berfungsi sebagai sarana untuk belajar mengaji selepas magrib bagi anak-anak.
Bagi masyarakat pedalaman yang jumlah warganya tidak begitu banyak dan jarak antar kampung berjauhan, keberadaan musholla mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan jarak ke mesjid biasanya sangat jauh berkiasr 2-5 kilometer.
Jika kita tengok, 70% rumah penduduk disekitar mushola reyot tersebut juga adalah rumah panggung dari kayu. Jarang sekali yang yang berdinding semen dan beralas kramik. Jumlah penduduk dalam satu kampung di pelosok yang pernah dikunjungi, rata-rata hanya berkisar antara 25-35 kepala keluarga. Mayoritas berprofesi sebagai petani atau buruh tani dengan pendapatan rata-rata perbulan 1-1,5jt untuk memenuhi kebutuhan pangan dan keperluan sekolah anak-anak. Itupun bukan pendapatan tetap, karena lebih banyak yang mendapatkan upah harian tergantung musim tanam dan panen.
Biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah mushola permanen sederhana berukuran standar saja diperlukan dana minimal 50 juta dengan system pembangunan gotong royong (tanpa biaya tukang). Kebanyakan masyarakat pelosok juga sudah berusaha punya tabungan bersama untuk renovasi musholanya namun jumlahnya belum seberapa, jadi belum berani untuk melakukan pembongkaran.
Umat Islam di Indonesia merupakan umat mayoritas. Jumlahnya sangat banyak dengan kelas ekonomi yang juga beragam, mulai dari kalangan ekonomi bawah, menengah hingga atas. Muslim yang kaya tentu banyak, muslim yang diberikan rejeki melebihi kebutuhannya juga banyak. Potensi kekuataan umat muslim ini sangat besar dan dapat dijadikan jembatan untuk mengurangi kesenjangan baik ekonomi maupun sosial.
Pada awalnya kami hanya bergerak dalam bidang penddikan dan social kemanusiaan, seperti membantu pembangunan sekolah yang reyot, menyalurkan bantuan alat tulis, pengobatan gratis, penyaulran hewan kurban, membantu ketika terjadi bencana tsunami/banjir dan melakukan kegiatan bakti social lainnya untuk yatim dhuafa. Namun, karena banyaknya permintaan, sejak tahun 2018 mulai membantu untuk menjadi jembatan dalam pembangunan mushola di pelosok Pandeglang.
Sistem yang kami bangun dengan masyarakat adalah system gotong-royong. Pada awal muyawarah, kami akan tanyakan sejauh mana keinginan warga untuk memiliki mushola yang lebih baik dan apa yang sudah diupayakan atau disiapkan masyarakat. Hal ini penting untuk membangun rasa memiliki dan rasa kebersamaan di masyarakat, karena musholla yang akan dibangun nantinya pun akan digunakan oleh warga bukan oleh kami atau donatur yang berinfak.
Jika masyarakatnya memang sungguh-sungguh ingin memiliki mushola yang lebih baik, biasanya mereka sudah memiliki tabungan bersama yang disiapkan untuk renovasi mushola. Jumlahnya bervariasi, ada yang sudah punya 5 juta, 10 juta, bahkan ada yang sudah punya lebih dari itu. Ada juga masyarakat yang sudah menyiapkan batu, pasir dan kayu sehingga tinggal membeli bahan bangunan lainnya yang belum tersedia. Pengerjaannya pun mereka siap bergotong royong, sehingga tidak ada biaya tukang bangunan.