Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembangunan Mushola "Reyot" di Pelosok

1 Desember 2020   09:12 Diperbarui: 1 Desember 2020   10:05 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musholla merupakan sarana ibadah yang sangat diperlukan di masyarakat untuk dapat menjalankan ibadah secara berjamaah. Selain sebagai tempat sholat, banyak musholla juga berfungsi sebagai sarana untuk belajar mengaji selepas magrib bagi anak-anak.

Bagi masyarakat pedalaman yang jumlah warganya tidak begitu banyak dan jarak antar kampung berjauhan, keberadaan musholla mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan jarak ke mesjid biasanya sangat jauh berkiasr 2-5 kilometer.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Banyak mushola di pelosok kondisinya sangat sederhana dan banyak yang sudah lapuk. Mushola tua bertiang kayu dan berdinding bamboo lapuk bukanlah pemandangan asing jika kita masuk daerah pelosok.  Bukan karena masyarakatnya abai terhadap tempat ibadah mereka, namun dikarenakan jumlah penduduknya yang sedikit, keterbatasan ekonomi dan akses yang sulit yang membut mereka tidak bisa berbuat banyak.

Jika kita tengok, 70% rumah penduduk disekitar mushola reyot tersebut juga adalah rumah panggung dari kayu. Jarang sekali yang yang berdinding semen dan beralas kramik. Jumlah penduduk dalam satu kampung di pelosok yang pernah dikunjungi, rata-rata hanya berkisar antara 25-35 kepala keluarga. Mayoritas berprofesi sebagai petani atau buruh tani dengan pendapatan rata-rata perbulan 1-1,5jt untuk memenuhi kebutuhan pangan dan keperluan sekolah anak-anak. Itupun bukan pendapatan tetap, karena lebih banyak yang mendapatkan upah harian tergantung musim tanam dan panen.

Biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah mushola permanen sederhana berukuran standar saja diperlukan dana minimal 50 juta dengan system pembangunan gotong royong (tanpa biaya tukang). Kebanyakan masyarakat pelosok juga sudah berusaha punya tabungan bersama untuk renovasi musholanya namun jumlahnya belum seberapa, jadi belum berani untuk melakukan pembongkaran.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Faktor lainnya yang menyebabkan warga kesulitan melakukan pembangunan mushola adalah jarak dan akses jalan. Jarak dari kampung ke pasar atau toko bahan bangunan terdekat bisa sampai 20 kilometer bahkan lebih. Hal ini diperparah dengan kondisi jalan yang rusak, sehingga harga bahan bangunan jika diantar menjadi lebih mahal. Tak jarang pula toko bangunan menolak pesanan karena tidak sanggup mengantar barang ke daerah tersebut, terlebih jika musim hujan datang. Jalan menuju lokasi yang sebagian besar masih batu dan tanah menjadi licin dan menyulitkan kendaraan untuk melintas.  

Umat Islam di Indonesia merupakan umat mayoritas. Jumlahnya sangat banyak dengan kelas ekonomi yang juga beragam, mulai dari kalangan ekonomi bawah, menengah hingga atas. Muslim yang kaya tentu banyak, muslim yang diberikan rejeki melebihi kebutuhannya juga banyak. Potensi kekuataan umat muslim ini sangat besar dan dapat dijadikan jembatan untuk mengurangi kesenjangan baik ekonomi maupun sosial.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Inilah yang dilakukan Yayasan Pendidikan Islam Hidayatul Mubtadien (YAPIHIM) di Pandeglang. Yapihim bersama beberapa komunitas sosial di Pandeglang mencoba untuk menjadi jembatan penghubung antara donatur yang ingin berinfak untuk pembangunan musholla dengan masyarakat pelosok yang membutuhkan bantuan. 

Pada awalnya kami hanya bergerak dalam bidang penddikan dan social kemanusiaan, seperti membantu pembangunan sekolah yang reyot, menyalurkan bantuan alat tulis, pengobatan gratis, penyaulran hewan kurban, membantu ketika terjadi bencana tsunami/banjir dan melakukan kegiatan bakti social lainnya untuk yatim dhuafa. Namun, karena banyaknya permintaan, sejak tahun 2018 mulai membantu untuk menjadi jembatan dalam pembangunan mushola di pelosok Pandeglang.

Sistem yang kami bangun dengan masyarakat adalah system gotong-royong. Pada awal muyawarah, kami akan tanyakan sejauh mana keinginan warga untuk memiliki mushola yang lebih baik dan apa yang sudah diupayakan atau disiapkan masyarakat. Hal ini penting untuk membangun rasa memiliki dan rasa kebersamaan di masyarakat, karena musholla yang akan dibangun nantinya pun akan digunakan oleh warga bukan oleh kami atau donatur yang berinfak.

Jika masyarakatnya memang sungguh-sungguh ingin memiliki mushola yang lebih baik, biasanya mereka sudah memiliki tabungan bersama yang disiapkan untuk renovasi mushola. Jumlahnya bervariasi, ada yang sudah punya 5 juta, 10 juta, bahkan ada yang sudah punya lebih dari itu. Ada juga masyarakat yang sudah menyiapkan batu, pasir dan kayu sehingga tinggal membeli bahan bangunan lainnya yang belum tersedia. Pengerjaannya pun mereka siap bergotong royong, sehingga tidak ada biaya tukang bangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun