Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerita Mini: Cara Unik Adek Menghormati Guru

25 November 2020   21:17 Diperbarui: 25 November 2020   21:33 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara belajar tak selalu di ruang kelas. Bisa juga di pelataran masjid. Foto | Dokpri

Belajar di ruang terbuka. Foto | Dokpri
Belajar di ruang terbuka. Foto | Dokpri
**

"Pak Ibrahim wafat kemarin. Barusan Pak Amir, pagi tadi, kabarnya meninggal. Sedih," ucap Adek dengan nada tersendat.

Kini, giliran si Abang terdiam. Ia merasa terkejut dan sedih mendengar kabar Pak Amir wafat. Dia adalah guru kesayangannya. Bukan hanya mahir mengajar ilmu matematik, tetapi juga ilmu-ilmu sosial lainnya.

Lantas, kabar itu disampaikan kepada kedua orangtuanya yang disusul ucapan ikut berduka.

Pada kesempatan lain, tiga hari setelah Pak Amir wafat, keluarga ini mengajak rekan-rekan si Adek ke kediamannya. Tak banyak, kisaran 10 -- 12 orang ditambah seorang guru agama. Jadi, sepulang sekolah, digelar perhelatan acara tahlilan dan doa bagi almarhum kedua guru mereka yang dicintai.

Sebelum acara dimulai, dilangsungkan sholat zuhur bersama disusul tausiyah dari Pak Subhan selaku guru agama. Acara tahlil itu sendiri dipimpin Pak Suyuti, selaku tuan rumah dari orangtua Adek dan si Abang.

**

Berita keluarga Adek menyelenggarakan tahlil dan doa terdengar ke telinga para guru di sekolah. Mereka mengapresiasi dan menyampaikan ucapan terima kasih ketika para guru tengah mengajar di depan kelas.

Adek di mata para guru memang dikenal sebagai murid cerdas. Padahal jika dilihat latarbelakang orangtuanya bukan sebagai orang akademis, tak memiliki gelar strata satu.

Pak Suyuti, orangtua Adek, adalah petani jeruk di Sambas, Kalimantan Barat. Jeruk Sambas, kemudian populer dengan sebutan jeruk Pontianak, telah mengantarkan keluarganya ini hidup berkah. Kaya sih tidak, tetapi cukup untuk menjadikan hidup sejahtera.

Tidak ada lagi jeruk dibuang ke jalan raya, sebagai bentuk protes petani jeruk kalah buah itu panen melimpah namun tak bisa dijual. Perdagangan jeruk tidak seperti dulu lagi, dimonopoli oleh salah satu perusahaan di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun