Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memandang PT Freeport sebagai Potret Perbaikan Investasi (Bagian 2)

22 Oktober 2017   16:40 Diperbarui: 22 Oktober 2017   16:44 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fadel Muhammad tengah menyampaikan materinya dalam seminar ini. Foto | Dokumen Pribadi.

PT Freeport memang berencana membangun Smelter baru di lahan milik PT Petrokimia Gresik. Sayang, realisasinya belum nampak. Bagi Fadel, pembangunan smelter tak harus di Gresik. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua atau kawasan Indonesia Timur lainnya pun bisa.

"Toh, yang penting masih dibangun di Indonesia," ungkapnya.

Soal ini, Gubernur Papua Lukas Enembe pun pernah menawarkan diri. Bahkan berharap direalisasikan di Papua, Katanya, pihaknya siap membangun smelter yang dihasilkan PT Freeport Indonesia. Lokasi industri itu direncanakan di Kabupaten Mimika.

PT Freeport Indonesia yang beroperasi di Tembagapura mengirimkan 45 persen dari 2,9 juta ton konsentrat per tahun ke industri smelter di Gresik, Jawa Timur. Sisa konsentrat dikirim ke Tiongkok, India, Jepang, Filipina, dan Spanyol.

Bagi kalangan pertambangan pasti mengerti bahwa pengolahan konsentrat ini bukan hanya menghasilkan emas, perak, dan tembaga. Ada dua limbah bernilai ekonomis tinggi, yaitu slack untuk bahan semen dan gas sulfur dioksida yang diolah menjadi belerang untuk pupuk.

Untuk ini gubernur berharap smelter dapat dibangun di daerahnya. Ia pun mengaku telah berkoordinasi dengan Bank Goldman Sachs asal Amerika Serikat sebagai penyalur dana dalam pembangunan smelter.

Kehadiran industri smelter dapat disertai pembangunan pabrik semen, pembangkit listrik, dan pupuk. Pembangunan industri dilakukan secara terintegrasi dinilai sebagai solusi mengangkat Papua keluar dari masalah kemiskinan karena tingginya biaya hidup.

Senior Vice President Geoservice PT Freeport Indonesia Wahyu Sunyoto, seperti dikutip dari laman Asosiasi Pertambangan Indonesia (19/11/ 2014) mengutip sumber berita dari Kompas (17/11/2014), pernah menyatakan akan mengelola konsentrat di smelter di Papua.

Perlu dukungan, pemda setempat harus menyediakan tenaga listrik minimal di atas 150 megawatt dan lahan seluas 100 hektar untuk lokasi industri smelter, beserta industri pendukung lainnya untuk mengolah gas SO 2 dan cairan asam sulfat.

"Industri smelter harus berdekatan dengan pantai. Kondisi infrastruktur jalan di Papua belum dapat dilalui truk-truk. Pengiriman konsentrat dapat melalui kapal," katanya.

Peserta menyimak pertanyaan yang dipertajam pemandu acara. Foto | Dokumen Pribadi.
Peserta menyimak pertanyaan yang dipertajam pemandu acara. Foto | Dokumen Pribadi.
Hasil perundingan CEO Freeport McMoRan Inc, Richard C Adkerson, dengan Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mencapai kata sepakat bahwa divestasi 51 persen saham Freeport ke Pemerintah Indonesia. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan kesiapannya. Disebut holding BUMN pertambangan, terdiri dari PT Inalum, PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk, akan membeli saham sebesar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun