Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Enyak Sayang Perkutut

26 Agustus 2017   19:38 Diperbarui: 26 Agustus 2017   23:09 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enyak sedang berjemur di bawah panas matahari pagi. Tak ketinggalan perkutut kesayangannya disertakan. Kuk keruk... kuk keruk. Enyak senang. Foto | Dokumen Pribadi.

Cerpen | Enyak Sayang Perkutut

Jojon mengangkat handphone (HP) yang masih berdering. Ia melihat di layarnya bahwa yang menelepon dari enyak. Sayang, begitu dibuka tak ada kontak. Giliran Bang Jojon mengontak balik. Ada nada suara panggilan. Tapi, suara enyaknya nggak kedengeran. Diulangi menepon balik, cuma suara panggilan yang ditangkap di kupingnya. Lagi-lagi jawaban enyak yang diarepin nggak terdenger.

"Nggak nyambung," kata Bang Jojon kepada bininya yang tengah asyik sarapan pagi bersama di sebuah hotel "wah" di kawasan Depok, Jawa Barat.

Lantas Jojon minta kesediaan bininya menelepon enyak mertuanya dengan telepon genggam miliknya. Sama. Tak ada nada sahutan. Lantas, laki-bini itu berdiskusi tentang enyak yang dalam waktu dekat akan memasuki usia 80-an.

"Mungkin sakit. Orang tua. Gitu lah," ungkap Jojon kepada bininya.

"Aye kan dari dulu udah ngomong. Tinggal di rumah aje sama kite. Di sono, enyak idup sendirian. Nggak ade nyang ngerawat," kata bininya Jojon yang selalu dipanggilnya Menor lantaran cantik dan ramah. Juga lincah kaya' bola bekel yang sering dimainkan anak-anak gadis kecil di emperan-emperan rumah kampung tempo doeloe.

"Kalo nggak mau, ya mau diapain. Orang tua kan gitu kelakuannya. Kalo udah ditengokin anak-cucu, pasti dia sehat. Kangen aje kaleee," kata Jojon menimpali Menor.

"Jadi, kite harus nengok nih?" tanya Menor kepada suaminya sambil menyudahi suapan sarapan bubur ayam kampung.

Untung, hari itu bini Bang Jojon lagi libur kantoran. Maka, ia bisa nemanin nengok enyaknya di kawasan Bogor yang hawanya rada sejuk dibanding di pinggir Betawi.

***

Pagi itu juga Jojon ame bininya meluncur nengokin enyaknya yang diperkirasakan sakit. Mobil roda empat buatan tahun 2000-an kecil nyang keliatan rada antik meluncur ke kawasan Bogor. Bang Jojon terasa menikmati mobil buatan Jepang ini meski kadang 'batuk-batuk' karena mesin kurang perawatan. Ape boleh buat, karena rejekinya cuma sampai di situ maka ia hanya mampu punya mobil rada butut. Untung Menor nggak banyak nuntut ini-itu, ia selalu menyampaikan rasa syukur apa yang didapet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun