Parto akan mengunjungi temannya di Situbondo. Dari terminal Probolinggo, ia mendapat teman seperjalanan, Brudin namanya.
[Selanjutnya, terjadi miskomunikasi di antara keduanya karena perbedaan bahasa, Jawa dan Madura. Saya bisa memahami karena mengerti kedua bahasa. Baiklah, saya tulis dialog apa adanya dengan penekanan pada kosa kata yang menjadi pemicu perbedaan dan terjemahan dalam bahasa Indonesia.]
Parto membuka percakapan.
"Mas, Situbondo taseh tebeh?" (Mas, Situbondo masih jauh?).
"Situbondo tasek kabbi." (Situbondo laut semua).
Catatan: maksud si Brudin, luas wilayah Situbondo lebih didominasi laut. Perhatikan peta berikut.
"Arahe ngetan?" (Arahnya ke timur?).
"Mon etasek pajet benyak setan." (Kalau di laut memang banyak setan).
Karena mendengar nada suara Brudin yang meninggi, Parto menyela.
"Empun nesu Mas, kulo niki cuma takok." (Jangan marah Mas, saya ini sekedar nanya).
"Sampeyan iki, nek setan aku (engkok) yo takok." (Anda ini, kalau -sama- setan saya juga takut). Nah lo.
Baca juga: Kiai Ada di Dalam Laut