Mohon tunggu...
Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati pendidikan, psikologi dan agama

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Politik Corona "New Normal"

4 Juni 2020   11:52 Diperbarui: 4 Juni 2020   11:55 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guliran pemerintan untuk "new normal" ditengah pandemi covid-19 bisa jadi adalah ajakan yang penuh nuansa politik, betapa tidak, wabah covid masih merajalela bahkan kini kota Surabaya menjadi episentrum selanjutnya.

pertanyaannya, mengapa pemerintah menggulirkan "new Normal" apakah pemerintah yakin corona akan segera berlalu, seiring new normal? atau sebaliknya bahkan menjadi episentrum baru yang lebih berbahaya?

pemerintah memang memiliki kewajiban untuk mengatur apa pun yang berkaitan dengan persoalan kenegaraan, termasuk mengambil langkah politik mewabahnya covid-19 ini, namun apakah pemerintah benar-benar telah melakukan kajian serius yang melibatkan para ahli independen yang jujur dan berintegritas, melihat corona dalam perspektif "akal sehat" bukan dalam perspektif politik.

new normal adalah keniscayaan, kita tidak mungkin terus terdiam dirumah dengan setumpuk kebutuhan hidup yang tidak bisa ditunda, kita tidak bisa berdiam diri dirumah saat anak-anak harus sekolah, kita tidak mungkin terus terdiam dalam rumah saat guru dan dosen harus mengajar murid dan mahasiswanya, kita tidak bisa terus terdiam dirumah ketika para pedang di tunggu pembelinya....

Nampaknya pemerintah dihadapkan dengan pilihan yang sulit, jika terus di lockdown maka ekonomi akan hancur, jika di buka kemungkinan pendeminya akan membesar, seperti korea Selatan yang akhirnya menutup kembali sekolah dan aktivitas lain.

Kebijakan politik ditengah wabah  covid-19, perlu kehati-hatinya dan kecermatan, saatnya para pemimpin dinegeri ini diuji nyali politiknya, semoga langkah "new Normal"  bukan menjadi blunder  dan membuat rakyat menjadi korban.

Sebagai rakyat tentu kita sangat berharap kepada pemerintah, agar jangan permainkan "nyawa" rakyat dengan kepentingan politik dan ekonomi, Kita hanya memohon setidaknya kebijakan new normal jangan hanya dilihat aspek politik ekonomi, tapi lihatlah politik kesehatan rakyat banyak, yang nasibnya kenegaraannya anda di tangan pengambil kebijakan di negeri ini.

Politik pembangunan ekonomi yang dijalankan hendaknya menjadi perhatian serius, hutang negara yang semakin besar dapat menjadi "pandemi" baru dalam ekonomi.

Kita mendukung upaya pemerintah membangun negeri ini dengan instrastrukturnya, tetapi jangan sampai membenani gerenasi kita dengan "hutang" cukuplah generasi ini saja yang berhutang dengan "corona", dan tercatat dalam sejarah kelak, kita hidup dizaman yang aneh, bermusuhan dengan "corona" yang tak terlhat tapi menakutkan, yang lebih menakutkan lagi, setelah badai corona berlalu, generasi kita "terlilit hutang" yang menggunung.

Politik corona dengan wacana "new Normal" adalah upaya pemerintah untuk mengajak kita semua bangun dari tidur panjang "corona", setelah sekian bulan, berdiam diri dalam rumah, saatnya berlatih "jalan" seperti bayi yang baru merangkak. semoga kita diberikan kekuatan dan pertolongan oleh Allah SWT untuk melewati masa pandemi ini.

. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun