Bulan ramadhan sejatinya memang bulan reflektif, bulan untuk muhasabah dan introfeksi diri. Salah satunya adalah kegiatan kegiatan yang kita ikuti karena rutinitas atau gaya hidup tanpa melihat bagaimana efeknya dalam kehidupan kitaÂ
Zaman kekinian ini kita lebih banyak menggunakan media sosial dan bahkan tak bisa luput tanpanya, begitupun saya apalagi pekerjaan sebagai Humas di salah satu lembaga negara, asli harus aktivasi dan sharing kegiatan di media sosial setiap ada kegiatan kunjungan delegasi ke Senayan atau berapa kegiatan rapat, sidang atau sosialisasi.Hingga saya tersadar sudah mulai jenuh dan " over loader" apalagi membaca posting yang bersikeras di timeline atau adu komentar, bilik dan hoax di musim kampanye hingga pemilu, makin riuh dan penuh hiruk pikuk.
Hingga kadang karena saling dukung capres dan cawapres hingga saling benci dan memutuskan pertemanan, tentu makin banyak mudharatnya
Jadi saya merenung bahwa puasa media sosial ada baiknya Karen banyak hal yangebuat kita bisa meluangkan waktu yang telah kita abaikan seperti waktu berbuka puasa bersama keluarga atau menunaikan sholat berjamaah dan tarawih di bulan ramadhan
Saya juga berusaha latihan puasa medsos selama puasa dengan beberapa kegiatan yang sering saya rasa "wajib posting" karena naluri kehumasan hehe, namun di bulan ramadhan saya fokus menulis dan berkarya dan sharing tulisan saya di media sosial, lebih bermanfaat menurut saya.
Daripada posting kegiatan yang membuat saya terkesan sibuk, padahal saya sebenarnya tak sesibuk yang dibayangkan, hehehe, siapa yang mau ajak saya buka bersama silahkan, kita atur waktu sholat sharing ilmu dan pengalaman, hehe.Walhasil saya bisa disiplin menulis ikut tantangan menulis tebar hikmah Ramadhan, siapa tahu bermanfaat bagi pembaca dan mendatangkan pahala, beberapa diantaranya menjadi artikel pilihan
Saya juga bisa menyelesaikan aplikasi fellowship, semoga lolos menjadi peserta tim delegasi overseas, amin, tujuannya untuk mencari pengalaman seputar hubungan internasional yang sudah lama saya tinggalkan, jadi puasa medsos memberi saya ruang berkarya dan membaca tumpukan buku yang saya beli dan belum sempat baca, hehe
Berdasarkan sharing dengan teman -teman yang aktif di medsos dan akhirnya puasa medsos, saya menyimpulkan bahasa puasa medsos akan bikin bahagia
Pertama, kita dilatih untuk tidak bergantung pada dunia Maya dan ikut arus untuk menghabiskan waktu komen sana sini dan merasa harus up date terus karena takut feel missing out, awalnya puasa medsos di akun FB, Instagram, Twitter dan akun sosial lainnya mbuat kita seperti orang aneh tak tahu apa yang lagi happening, tapi kemudian merasa lebih rileksÂ
Kedua, lebih fokus dengan diri sendiri dan melihat kekurangan diri tanpa harus membandingkan diri dengan pencapaian, kesuksesan, keceriaan yang selalu kita lihat dari orang-orang di media sosialk
Ketiga, kita lebih menikmati momen dimana kita berada tanpa harus terus memainkan jari di hp padahal kita berada ditengah teman-teman teman dan keluarga, hingga ada jargon" yang jauh terasa dekat dan yang dekat terasa jauh. bahkan kita juga perlu ikut saran terlaris dari Spacetalk untuk kesehatan mata kita
 Jadi kita pakai Aturan 20-20- 20 untuk.kesehatan mata kita, pikiran dan jiwa kita.Maksutnya adalah Setelah 20 menit menatap layar hp/ laptop saat aktif di akun media sosial maka kita sebaiknya mengambil waktu 20 detik untuk beristirahat dan menatap apapun yang jaraknya 20 kaki dari posisi kita. kita bisa menatap keluar jendela atau taman atau lukisan  di ruangan tersebut sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan layar komputer dan mengambil nafas sebentar.
Keempat, Kita bisa menikmati kebahagian kita dan kondisi kita sendiri tanpa harus di update dan diunggah semua ke media sosial, karena ada kalanya  kita posting photo dengan salah satu teman, rekan kerja atau anggota keluarga yang tak berkenan photonya di posting, wah bisa jadi masalah bukan