Mohon tunggu...
Edid Teresa
Edid Teresa Mohon Tunggu... Guru - Gak Ket Hai Gaku

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Susah Sinyal, Merdeka Belajar dari Rumah

30 Agustus 2020   12:19 Diperbarui: 30 Agustus 2020   13:15 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Lusia Saat Mengunjugi Rumah Peserta Didik (Dok: Pribadi)

Dalam banyak aspek, sistem PJJ jika tidak diubah atau disesuaikan dengan kenyataan dilapangan akan semakin menelantarkan peserta didik. Jauh dari itu, sistem PJJ juga tidak efektif sehingga banyak juga peserta didik yang tertinggal. Akibatnya, capaian akademik peserta didik ikut tertinggal dan jauh dari harapan.

Namun, apa jadinya jika pihak sekolah SD Inpres Pateng tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka? Akankah Covid 19 tersebut semakin merajalela?

" Kami di kampung. Segala hal susah. Tentu saja, kami tidak ingin susah dalam hal pendidikan, tutur Lusia.

Kebijakan PJJ yang mengedepan pembelajaran daring adalah pembelajaran tida terduga. Tidak pernah terbayangkan akan terjadi. Tidak heran jika ada yang mengatakan PJJ sebagai sistem pembelajaran baru. Proses pembelajaran yang sedianya guru berinteraksi dengan peserta didik kini meski secara cepat membutuhkan keterlibatan orangtua dalam mendampingi anak-anaknya. Boleh diakatan bahwa, kebijakan PJJ menempatkan orangtua sebagai guru dadakan.

Jauh dari kenyataan demikian, pelaksanaan pembelajaran PJJ tetap dilaksanakan. Mau tidak mau, suka tidak suka PJJ menjadi salah satu jalan keluar di tengah situasi pandemic Covid 19 saat ini.

Solidaritas Merdeka Belajar Pelosok Negeri.

Minimnya akses internet di tengah kebijakan PJJ dari Mendikbud menjadi persoalan tersendiri bagi guru di negeri pelosok. Akibatnya, ada sebagian SDM tertinggal jauh. Misalkan saja, memiliki alat komunikasi Handphone bagi mereka tidak menjadi hal yang penting. Kebutuhan akan sumber informasi menjadi tidak penting. 

Bagi mereka, memiliki HP tanpa ada akses internet menjadi hal mubasir. Dampaknya, ketika ada perubahan seperti kebijakan PJJ sekarang, ada banyak orang ibarat gagap. Tidak siap dengan perubahan bahkan mereka merasa, hal tersebut malah akan merugikan. Tehnologi tidak penting manakala memberikan ruang hampa bagi penggunanya. 

Bagi mereka, tehnologi hadir menguras waktu untuk bertani. Demikianlah kenyataan di masyarakat ketika berhadapan dengan kebijakan PJJ dari Mendikbud. Ini hanya sebagian. Masih ada banyak lagi catatan merah mengenai respon masyarakat di tengah pandemik Covid 19 khususnya terhadap kebijakan PJJ. 

Dampaknya, guru sebagai pembimbing peserta didik mengalami kewalahan dalam memperjuangkan tujuan pendidikan bagi peserta didiknya. Ada berbagai solusi yang dihadirkan. Salah satunya adalah mengunjungi kediaman peserta didik. tentu saja aksi tersebut tidaklah mudah. Namun bekal semangat dan spirit mendidik para guru tetap berusaha melakukannya.

Ibu Lusia salah satunya melaksanakan kegiatan demikian. Rendahnya fasilitas di pelosok memang tidak dapat dipungkiri. Rendahnya askes internet bukan hanya menjadi persoalan utama jika disandingkan dengan kebutuhan fasilitas lain berupa transportasi. Di tengah menjalankan program kenjung rumah peserta didik, para guru meski berhadapan lagi dengan sarana transportasi yang susah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun