Pada awalnya bagi orang-orang awam, tahu akan sesuatu itu membuat terperangah/kaget dan panik, ingin segera melakukan hal yang bersifat merubah atau meluapkan emosi, misalnya menyerang orang yang kita tahu melakukan keburukan karena berbohong. Â
Pada tahap berikutnya seseorang yang mengetahui orang itu berbohong lagi, akan dengan sendirinya terbiasa, tidak lagi terlalu sedih, namun yang jelas tidak bisa menaruh kepercayaan sepenuhnya/ berbeda dari sebelumnya. Ibarat kertas yang polos putih bersih, diremas dan dibuka lagi, maka kertas itu tidak akan lagi terlihat indah seperti sedia kala.
Bagi orang yang tahu sesuatu dan diam, biasanya ada dua kemungkinan kondisinya, karena lemah tiada berdaya dan tidak bisa melakukan apapun, sehingga tahu dan diam itu memang terpaksa harus dilakukan.Â
Ada kemungkinan karena keyakinan yang telah kokoh, bahwa apapun yang terjadi itu mempunyai akibat tersendiri, seberat dzarrah kebaikan ada balasannya, begitu pula seberat dzarrah keburukan juga ada balasannya, sehingga tahu dan diam menjadi pilihan terbaik, yang secara sikap tidak ada yang perlu dicari ataupun dijelaskan.
Iya tahu dan diam adalah pilihan terbaik dari ajaran Rasulullah Muhammad SAW, setelah kita berusaha mengatakan kebaikan dengan cara yang baik. "Qul khoiron au liyasmut, katakan yang baik atau diam".Â
Inilah jalan pengendalian diri yang paling aman dalam berhubungan dengan sesama, agar memperoleh keselamatan sejak sekarang hingga akhir nanti. Sampai disini diam sangat berguna untuk mendukung jiwa agar selalu jernih. Sebab dalam jiwa yang jernih akan terpantul cermin makna kejujuran yang dijunjung tinggi oleh semua budaya dan agama.Â
Maka, tidaklah berlebihan apabila hidup seseorang yang jujur itu penuh kehormatan, tegak kepalanya memandang dan lawan yang tidak suka pun menjadi segan.Â
Teringat pada salah satu teman yang hendak memilih calon suami, saya hanya bilang padanya "pilihlah orang yang jujur, sebab jika seseorang jujur insyaAllah baik semuanya, sebab jujur adalah ciri orang mukmin yang shaleh. Dan itu tidaklah linier dengan tingginya tingkat pendidikan, tidak diukur oleh panjangnya gelar akademik, atau jabatan sosial keagamaan seseorang".
Edin@011120 Â Â