Nuansa magis langsung terasa sesaat indra telinga mendengar alat musik tabuh yang menghentak namun ritmis. Â Alunan bunyi tetabuhan terasa menyirap jiwa dan kita seperti ditarik masuk kedalam labirin waktu suasana tempo dulu.
Sepasang penari yang telah berhadapan lengkap dengan senjata dikedua belah tangan seolah tidak sabar untuk menampilkan jurus-jurus terbaiknya.
Dua lelaki dengan wajah bersemangat itu seperti telah dipilih oleh titisan moyangnya. Sering wajah dan tubuhnya harus berlindung dibalik perisai kayu dan pedang dari bambu yang dalam bahasa setempat disebut Sendeng dan Mambu. Semua demi laga mempertahankan diri dari kuasa angkara murka.
Sepertinya restu juga telah diberikan oleh penguasa  bumi langit baik oleh penguasa Sigantar Alam dan Sinar Bulan. Sehingga sesaat sang penguasa Tari  merasuk tubuh maka setiap kelebat gerakan dalam pertarungan terlihat sangat artistik dan bertenaga. Gerakan-gerakan indah tersaji mulai dari teknik menyerang hingga bertahan. Seperti sebuah laku pengabdian seorang prajurit ksatria kepada negeri dan terutama kepada rajanya.
Namun kini , budaya asli dengan nilai sejarah tinggi tersebut hanya tinggal segelintir orang saja yang  melestarikannya.
Tersebutlah Talib, pemuda berbadan tegap seorang pelestari seni otar-otar yang masih tersisa ini membuka secuil kisahnya.
Dikatakannya bahwa tradisi ini masih sedikit beruntung karena sebagian masyarakat sekitar desa masih memberikan ruang untuk otar otar tampil live ditengah warga yang ingin menikmati atraksi nya, terutama diacara rakyat seperti pernikahan. Sesekali masih diundang untuk tampil di acara resmi pemerintahan dan istana Sambas.
Semuanya menjadi tantangan bagi semua pemangku kepentingan, selain dorongan untuk terus berupaya melestarikan adat adiluhung ditengah gelombang tsunami budaya pop melenakan generasi muda yang sangat mudah dinikmati dan tersaji langsung di hape tangan mereka masing-masing.
Otar-otar Identitas rakyat yang berakar kuat dan bersumber dari kearifan lokal masyarakat setempat harus terus hidup lestari. Sebuah tradisi unik yang tiada duanya  yang dimiliki oleh masyarakat dari suatu tempat bernama Kote Lama yang sangat khas dan penuh narasi historis di desa Ratu Sepudak  Galing Sambas.
 Tradisi lokal yang telah diakui pemerintah Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Kabupaten Sambas .Selanjutnya ia menunggu aksi aksi nyata dari semua stakeholder dalam rangka me branding nya secara kreatif hingga tidak hanya menjadi suatu kekuatan budaya, tetapi juga memberikan keuntungan finansial dan bangga akan negeri.