Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu...

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MDG's Forum: Pertemuan LSM Sedunia di Bali

28 Maret 2013   16:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:04 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Forum temu LSM sedunia digelar antara 23 sampai dengan 25 Maret 2013 di Bali. Forum yang disebut sebagai 4th HLP Meeting on The Post-2015 Development Agenda ini merupakan forum pertemuan High Level Panel (Panel Tingkat Tinggi) untuk membahas agenda pembangunan pasca-2015 dalam kaitan dengan MDG’s (Millennium Development Goals) atau Sasaran Pembangunan Milenium. MDG’s adalah program pembangunan dunia yang digagas PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dan mulai digulirkan pada tahun 2000, yang saat ini sudah masuk tahun ke-13.

Pertemuan Bali ini ini terbagi atas dua kegiatan besar, yakni Global CSO’s Forum on Post-2015 Development Agenda yang berlangsung di Hotel Goodway, Nusa Dua, Bali (23 dan 24 Maret 2013) yang mengangkat tema Strengthening the Community’s Voices (Memantapkan Suara Komunitas) dan HLP Meeting yang dihadiri tiga eminent persons (tokoh terkemua) HLP, yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Indonesia, Presiden Ellen Johnson-Sirleaf dari Liberia dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris. David Cameron, sayangnya, tidak bisa hadir. Pertemuan HLP diadakan di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali pada tanggal 25 Maret 2013.

Saya kebetulan ditunjuk menjadi salah satu interpreter (juru bahasa) untuk Global CSO’s Forum on Post-2015 Development Agenda 23 dan 24 Maret 2013 di Hotel Goodway. Forum yang diorganisir oleh INFID (International NGO Forum on Indonesian Development) ini merupakan pertemuan ajang LSM sedunia yang akan membahas agenda pembangunan dunia pasca-2015 dalam delapan bidang MDG’s seperti pada gambar di bawah ini :

[caption id="attachment_235092" align="aligncenter" width="614" caption="Delapan Sasaran Pembangunan Milenium (foto : hikariazzahirah.blogspot.com)"][/caption]

Dalam forum ini hadir 50 perwakilan LSM Indonesia, 50 perwakilan LSM dunia yang semuanya dibiayai oleh panitia, dan sekitar 75LSM peserta dalam dan luar negeri yang datang dengan biaya sendiri. Selain dalam bentuk plenary session (sidang pleno), forum juga digelar dalam bentuk diskusi kelompok berdasarkan wilayah (region discussion) dan tema (thematic discussion). Kawasan (region) yang dimaksud adalah Indonesia, Asia/Pacific, Africa, Latin dan Amerika Tengah, Eropa dan Amerika Utara, MENA (Mediterranean dan North Africa) serta Asia Tengah. Diskusi tematik membahas masalah visi dan prioritas, kemitraan global, cara implementasi program, tatakelola global dan akuntabilitas, serta sektor informal dan inklusi. Diskusi kelompok juga memfasilitasi pembahasan-pembahasan di bidang pekerja migrant, pengungsi, masyarakat terpinggirkan, penduduk asli, etnis minorotas, masyarakat adat, masalah anak-anak kaum difabel, korban kekerasan gender. Hak azazi manusia, advokasi demokrasi, ancaman terhadap pekerja pembangunan, petani/nelayan kecil, warga miskin perkotaan, pengangguran dan sebagainya.

[caption id="attachment_235094" align="aligncenter" width="448" caption="Sekitar 175 perwakilan LSM dalam dan luar negeri berembug merumuskan agenda pembangunan pasca-2015 (foto : Eddy Roesdiono)"]

1364463849500049561
1364463849500049561
[/caption]

Hasil diskusi kemudian diverifikasi, dirumuskan dan disampaikan kepada forum HLP di Hotel Westin pada tanggal 25 Maret 2013.Para petinggi HLP kemudian akan menyampaikan laporan CSO dunia pada Sekjend PBB Ban Ki-moon, dan selanjutnya Ban Ki-Moon akan membawa rumusan itu dalam Sidang Umum PBB (UN General Assembly) Mei 2013.

[caption id="attachment_235093" align="aligncenter" width="512" caption="Salah satu diskusi kelompok CSO (Foto : Eddy Roesdiono)"]

13644637471765000813
13644637471765000813
[/caption]

Sejumlah perwakilan LSM menyimpulkan bahwa delapan sasaran pembangunan millennium belum sepenuhnya tercapai : kemiskinan belum seratus persen terentaskan, pendidikan belum merata, kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita masih terhambat, angka kematian bayi belum mendekati sasaran, kesehatan ibu melahirkan belum terjamin, penyebaran HIV/AIDS dan malaria belum sepenuhnya teratasi, keberlanjutan lingkungan masih terkendala dan kemitraan global masih mengalami berbagai hambatan. Kendala-kendala ini bermuasal dari tiga pokok masalah, yakni : kurangnya fasilitas, kurangnya akses, terbatasnya informasi, dan lemahnya akuntabilitas tatakelola.

Menarik dicatat adalah warna-warni partisipan dari kalangan CSO : ada waria yang larut dalam diskusi kesetaran gender dan masyarakat terpinggirkan; ada Bu Rubikem, perempuan asalJawa Tengah yang ditampilkan sebagai model perempuan sukses mengubah kawasan tandus tanpa air menjadi kawasan subur dengan air berlimpah; ada partisipan yang merupakan korban konflik sekterian asal Sampang, Madura; ada perempuan Sunda yang tengah mencari keadilan karena ia merasa budaya yang ia anut mendapatkan diskriminasi dari lingkungan; ada korban lahar Merapi yang mengalami berbagai ketidaknyamanan hidup karena menolak relokasi; ada Robin Lim, wanita Filipina-Hawaii yang memperjuangkan aspek kesehatan ibu dan anak dari segi kebidanan di Bali, dan pernah dinobatkan sebagai salah satu CNN Heroes, dan ada Samuel J. Dean, seorang bocah usia 14 tahun yang datang sendiri ke Bali jauh-jauh menempuh 48 perjalanan udara dari Liberia di Afrika.

[caption id="attachment_235095" align="aligncenter" width="448" caption="Samuel Dean (nomor 2 dari kiri), peserta termuda, asal Liberia, bersama peserta lain (foto : Eddy Roesdiono)"]

1364463982916287542
1364463982916287542
[/caption]

Yang disebut terakhir ini adalah bocah cacat (tungkai kiri pakai kaki palsu) dan tangan kirinya cacat akibat serangan udara di desanya di Pantai Gading ketika ia masih kanak-kanak. Samuel kini adalah Wakil-Presiden Florence A. Tolbert, sebuah lembaga kemanusiaan di Liberia yang menyediakan alat-alat bantu bagi korban perang, yakni kursi roda, tongkat penopang dan sebagainya. Samuel yang fasih berbahasa Inggris dan bicara cerdas bak orang dewasa ini juga disebut-sebut sebagai pernah angkat senjata ketika terpaksa harus menjadi tentara anak-anak.

Akankah agenda pembangunan pasca-2015 ini memberikan perubahan terhadap wajah dunia untuk delapan sasaran yang dimaksudkan? Mudah-mudahan demikian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun