Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman di Penjara Glodok

18 April 2021   21:00 Diperbarui: 18 April 2021   21:06 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di ruang ini, saya akan menuangkan sebuah catatan kehidupan seorang sobat. Mencari kategori untuk disematkan pada tulisan ini, sepertinya tak ketemu yang cocok. Akhirnya pilihan jatuh pada Diary sebagai kategori pilihan untuk isi dalam kisah ini. Diary sobat saya

Kisah ini mungkin tak mirip betul dengan suasana didalam Lembaga Pemasyarakatan yang sekarang, sebab kisah ini terjadi sekitar th 1970. Tetapi setidaknya ada garis besar yang identik dan pola situasi yang mirip pada kehidupan didalamnya. 

Saya pikir, kisah ini bisa diambil sebagai pelajaran, bagi mereka yang belum pernah merasakan hidup dalam penjara. Atau yang sama sekali belum pernah berurusan dengan Hukum. Sehingga bisa berpikir dua tiga kali sebelum melakukan sebuah pelanggaran dan terjeblos kedalamnya. 

Sebagai contoh, Maher at tualibi yang wajahnya pucat pasi saat didatangi polisi, atau kejadian kemarin. Dimana seorang Bapak muda menganiaya  petugas nakes di sebuah Rumah 😪 Sakit. Bapak muda yang sebelumnya garang bak singa lapar, mendadak lunglai digenggaman petugas yang menangkapnya. Dan itu baru dihadapan petugas, belum masuk kedalam sel tahanan. 

Dan disebuah kebetulan yang bagus, saya menghabiskan waktu begadang kita berdua untuk menyimak pengalaman sedihnya. Pengalaman langka yang masih asing di telinga saya. Yaitu kehidupan didalam penjara

Dengan takzim saya menguping ceritanya dengan hikmat. Sambil mereka- reka keseraman apa yang bisa saya peroleh dari kisahnya ini. 

... Jangan lupa, Koes Bersaudara juga pernah mendekam dipenjara ini... 

Sentaknya mendadak ketika ceritanya baru berjalan sepatah dua patah kata. Saya mengangguk-angguk mengiyakan sambil berharap dia meneruskan ceritanya. 

Sobat saya meneruskan penuturannya. Untung saja dia bukanlah pelaku kejahatan. Sobat saya berurusan dengan Hukum karena kasus perkelahian. Jadi dia tak perlu berbelat-belit untuk pembuatan Berita Acara Pemeriksaannya.

Lain dengan kasus kriminal ataupun lainnya. Terkadang para pelaku banyak berdalih atau menyangkal perbuatannya. Maka tekanan psikologis secara verbal atau non verbal bisa terjadi pada mereka. Begitu katanya. 

Menurut kisahnya di th 1970 sobat saya itu terlibat perkelahian yang melukai lawannya. Dia ditangkap dan ditahan di sebuah Komando Sektor Kepolisian di wilayah Jakarta Timur. Umurnya saat itu relatif masih remaja. Walau berani tapi masih buta tentang risiko-risiko yang bakal diterima akibat tingkah polah nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun