Mohon tunggu...
Rian Rustandi
Rian Rustandi Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Interpreter

Hidup adalah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlukah PSK dan Penggunanya Dipublikasi?

23 Februari 2016   21:08 Diperbarui: 23 Februari 2016   21:23 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="photo ini, ilustrasi saja, di dapatkan dari google lalu di edit"][/caption]Setelah beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan dengan pemberitaan artis Indonesia yang terjerat kasus prostitusi, akhir akhir ini juga masalah prostitusi kembali heboh, kali ini berita muncul dari Jakarta, sebuah tempat lokalisasi yang memang sudah cukup lama, yang kabarnya akan dihancurkan dalam waktu dekat. dan saya pribadi mengapresiasi langkah Pemerintah Jakarta untuk menutup tempat tersebut.

Sebenarnya kalo kita telisik lebih jauh tentang prostitusi tidak dipungkiri memang sudah menjamur baik di kota besar ataupun kota kecil, dan jika di golongkan berdasarkan kelasnya dari kelas harga tinggi, harga rendah, kalangan berpendidikan tinggi atau kalangan berpendidikan rendahpun memang ada yang melakukan pekerjaan jenis ini.

Adanya prostitusi dan kehadiran PSK (pekerja seks komersial) memberikan dampak negatif bagi moral bangsa dan jati diri bangsa, dilihat dari aspek agama sudah pasti hal ini haram, lalu dari segi medispun hal tersebut akan sangat merugikan, seperti yang kita tahu penyakit kelamin dewasa kini semakin meningkat, bukan hanya bagi para PSK dan penggunanya saja tapi penyakit ini memberikan dampak buruk bagi orang orang baik yang tidak tahu apa apa, sebagai contoh jika suaminya pengguna jasa PSK maka secara otomatis istrinya yang mungkin wanita baik baik akan tertular penyakit, lalu penyakit itu diturunkan pada anaknya, tidak jarang di masa sekarang banyak bayi yang mengidap HIV bukan? Padahal ibunya orang baik baik, dan setelah ditelusuri ternyata sumbernya adalah dari suaminya yang menggunakan jasa PSK lalu istrinya tertular sehingga bayinyapun ikut tertular, atau mungkin sebaliknya istrinya seorang PSK dan suaminya tidak tahu apa apa maka suaminya ikut tertular. Miris memang kondisi ini, sebagai tim medis saya pernah menemukan beberapa kasus seperti itu, dan saya membayangkan jika masalah ini tidak segera di atasi dengan baik penyakit dan rantai siklus tersebut akan berulang dan semakin meningkat.

Masalah prostitusi memang masalah yang sangat pelik dan konkrit, karena berhubungan dengan beberapa faktor yang tidak bisa terbantahkan, sehingga perlunya sebuah solusi yang sangat logis untuk menyelesaikan masalah ini, dan sampai saat ini solusi solusi yang muncul dan telah ditempuh belum menemukan ke efektifan akan masalah ini.

Pemberantasan jenis pekerjaan itu bukan hal yang mudah untuk diselesaikan, karena tidak dapat dihindari hal tersebut terkait beberapa faktor yang di jadikan alasan ataupun aspek akibat, sebagai contoh alasan ekonomilah yang paling sering dijadikan alasan mereka menjadi PSK, aneh memang hal tersebut selalu dijadikan alasan oleh para PSK dari mulai PSK kelas teri sampai PSK Kelas Kakappun selalu beralasan faktor ekonomi, padahal kalau dilihat secara garis besar saja hal tersebut tidak benar, karena faktor ekonomi itu tergantung cara pandang kita dalam memandangnya, maksud saya coba untuk lihat lebih jauh penjabaran dari faktor ekonomi tersebut, saya yakin hanya kurang dari 1 % saja PSK yang memang melakukannya untuk mencari makan (benar benar makan), dan sisanya masalahnya ada pada gaya hidup yang tidak bisa menyesuaikan, sebagai contoh kasus yang beberapa bulan ke belakang muncul tentang PSK artis yang mencuat ke publik dengan harga yang sangat fantastis, hal tersebut tentu kita bisa melihat bahwa bukan faktor ekonomi mendasar yang menjadikan mereka PSK, hanya saja  gaya hidup mereka yang terlalu mewah dan tidak bisa menyesuaikan dengan keadaan... Saya akan membuat analogi sederhana tentang makan, makan di warteg dengan makan di restoran adalah memiliki kesamaan fungsi yaitu untuk mengisi perut agar dapat bertahan hidup, namun yang membedakan kelasnya saja, jadi maksud saya jika para pekerja PSK ini berfikir tentang analogi ini dan menyadari hal mendasar tersebut mungkin mereka tidak ada yang melakukan jenis pekerjaan seperti ini.

Dan ada satu lagi yang tidak bisa kita pungkiri tentang permasalahan prostitusi ini yang harus di berantas, yaitu tentang perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum-oknum terentu. maksud saya sebagaian para PSK pada awalnya telah dimanfaatkan oleh oknum oknum yang membawa mereka, dengan iming-iming sebuah pekerjaan bagus, bukan hanya di dalam negeri bahkan ke luar negripun dengan modus pengiriman TKI ada kasus semacam ini.

Harus digaris bawahi prostitusi tidak akan terjadi jika tidak ada PSK dan tidak ada penggunanya, maka jika ingin memberantas prostitus maka harus ditemukan juga solusi untuk para PSK dan penggunanya, solusi yang membuat para PSK dan penggunanya jera dan malu adalah salah satu jalan agar terhentinya jaringan prostitus ini. lantas solusi apakah yang terbaik? sebelum itu harus kita ingat sebuah kemustahilan jika prostitusi terhenti total walupun tempat lokalisasi di hancurkan, sebagai buktinya para PSK dari kalangan artis menggunakan tempat-tempat seperti hotel, lalu ada juga para PSK yang melakukannya di tempat tempat karoke, bar, dan lain lainnya.

Lantas bagaiman jika negara Indonesia membuat sebuah peraturan yang  baku?

Artinya jika memang prostitusi mustahil dihentikan, maka lakukan saja managemen yang pantas untuk para pelakunya, salah satu jalan yaitu dengan sistem managemen yang dikelola oleh pemerintah, lalu di datanya seluruh PSK yang ada dan di input secara online dengan kata lain di publikasikan identitas mereka, bukan hanya PSKnya saja tapi bagi para penggunananyapun tanpa terkecuali, sehingga dengan diadakannya sistem tersebut PSK akan terkendali, dan penurunan PSK akan sangat drastis menurut saya, lalu para penggunanyapun akan menurun drastis karena malu jika diketahui oleh masyarat luas, serta pergerakan tim medispun akan sangat leluasa dengan adanya managemen seperti itu, tim medis bisa menyusun penyuluhan kesehatan secara tepat, pencegahan penyakit menular seksual dari awal, dan pengobatan yang tepat bagi yang sudah terindikasi penyakit, lalu bagi para pemuka agama bisa bergerak di bidang dakwah sesuai dengan porsinya, sehingga diharapkan dalam waktu singat tingkat keefktifan pemutusan rantai prostitusi akan melebihi 70 %. cara ini juga dapat berdampak positif bagi banyak kalangan, salah satunya dengan diketahuinya para PSK dan penggunanya secara terang terangan akan menghindari rantai penyakit, yang mungkin sudah ada pada tubuh PSK atau penggunanya, terutama untuk pencegahan penularan penyakit HIV. Selain itu solusi ini juga berdampak baik bagi perekonomian Nasional yaitu dengan bertambahnya sektor pajak, lalu Para PSK pun mendapat keuntungan dengan adanya standar tarif dan standar prosedur safety.

Namun tentu langkah dan sistem tersebut akan ada celah, sehingga bisa saja dipermainakan oleh oknum-oknum tertentu, menanggapi hal ini juga harus dibuat peraturan tegas bila perlu ancaman hukum mati bagi yang tidak mau diatur dan oknum oknum yang melanggarnya.

#salam Indonesia Lebih Baik @Utsunomiya_Japan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun