Mohon tunggu...
ecorest id
ecorest id Mohon Tunggu... PKM-RSH

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang terdiri atas mahasiswa-mahasiswi dari rumpun Ilmu Hukum, Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, dan Kehutanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ECOREST : Inovasi Mahasiswa USU Untuk Menjawab Tantangan Konservasi di Hutan Batang Toru

12 September 2025   20:28 Diperbarui: 12 September 2025   20:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah tantangan besar pelestarian alam, sekelompok mahasiswa Universitas Sumatera Utara menginisiasi ECOREST (Eco-Learn, Responsible Action, Sustainable Solution, and Transformation). Ini adalah sebuah gerakan yang berupaya menjembatani masyarakat adat dan pemerintah untuk bersama-sama merawat Hutan Batang Toru yang sangat vital. Dengan menggabungkan kearifan lokal dan pendekatan ilmiah, ECOREST berusaha mengurai benang kusut konflik kepentingan antara kebijakan konservasi dan hak-hak masyarakat adat yang telah lama menyatu dengan hutan.

Hutan Batang Toru, yang terbentang lebih dari 133 ribu hektar di Sumatera Utara, bukan hanya paru-paru dunia yang menyerap karbon, tetapi juga rumah bagi flora dan fauna langka, termasuk Orangutan Tapanuli yang terancam punah. Namun, pengelolaannya sering kali terhambat oleh ketegangan antara fokus pemerintah pada pelestarian dan kebutuhan masyarakat adat yang menggantungkan hidupnya pada hutan.

Tim ECOREST menyadari bahwa kunci konservasi berkelanjutan terletak pada harmonisasi. Oleh karena itu, mereka mengembangkan empat pilar utama, yakni Eco-Learn, Responsible Action, Sustainable Solution, dan Transformation, yang bertujuan untuk menyasar generasi muda dan masyarakat adat sebagai garda terdepan perubahan.

Pilar pertama, Eco-Learn, berfokus pada edukasi anak-anak usia sekolah dasar di dua desa sekitar Hutan Batang Toru, yaitu Desa Sialogo dan Desa Tapian Nauli Saur Manggita. Edukasi ini unik karena tidak hanya menyajikan ilmu pengetahuan modern, tetapi juga merangkul kearifan lokal dalam setiap materinya. Anak-anak diperkenalkan pada konsep konservasi, pentingnya keanekaragaman hayati, dan bagaimana peran kecil mereka dapat memberi dampak besar bagi alam.

Dokumentasi Pelaksanaan Program Eco-learn bersama Kepala sekolah, guru, dan peserta didik SDN 152986 Saur Manggita .
Dokumentasi Pelaksanaan Program Eco-learn bersama Kepala sekolah, guru, dan peserta didik SDN 152986 Saur Manggita .

"Seringkali kita lupa bahwa ketika membicarakan masa depan Hutan Batang Toru dan orangutannya, kita juga harus membicarakan masa depan manusianya. Ada ironi yang sering terlewatkan: meskipun masyarakat yang paling dekat dengan hutan seharusnya menjadi penjaga sejatinya, peran mereka justru seringkali terabaikan. Padahal, merekalah yang memiliki ilmunya. Di ECOREST, kami ingin membalikkan logika itu. Dengan mendukung anak-anak muda di sana untuk menghargai tradisi mereka, kami yakin kita bisa menjaga semuanya sekaligus: hutannya, satwanya, dan juga budayanya," ungkap Natasya Martiana Priyani Sipayung, Ketua Tim ECOREST. 

Hasil dari pilar edukasi ini sungguh menggembirakan. Melalui evaluasi sebelum dan sesudah program, terlihat adanya lompatan pemahaman yang signifikan di kalangan anak-anak. Di salah satu desa yang sebelumnya memiliki pemahaman lebih terbatas, antusiasme dan pengetahuan mereka tumbuh pesat. Sementara itu, di desa lain yang sudah lebih sering menerima edukasi lingkungan, program ini berhasil memperdalam pemahaman yang sudah ada.

Temuan ini menggarisbawahi fakta penting: setiap komunitas memiliki konteks dan modal sosial yang unik, yang memengaruhi cara mereka menyerap informasi. Desa Sialogo, misalnya, dengan kearifan lokal seperti sistem rotasi kebun atau "tebang-tanam kembali," memiliki potensi luar biasa untuk maju jika didampingi dengan intervensi yang tepat.

Pilar kedua, Responsible Action, mendorong aksi nyata sebagai hasil dari pemahaman baru yang didapatkan. Anak-anak dan masyarakat tidak hanya belajar, tetapi juga langsung terlibat dalam kegiatan seperti gotong royong membersihkan lingkungan dan menanam pohon. Aksi kolektif ini menjadi bukti bahwa mereka kini menjadi bagian aktif dari solusi konservasi.

Dokumentasi pelaksanaan program Responsible Action bersama peserta didik SDN 158460 Sialogo.
Dokumentasi pelaksanaan program Responsible Action bersama peserta didik SDN 158460 Sialogo.

Pilar ketiga, Sustainable Solution, berfokus pada solusi jangka panjang. Tim ECOREST bekerja bersama masyarakat adat untuk merancang metode pengelolaan hutan yang lestari, dengan menggali kembali dan memadukan kearifan lokal seperti pertanian rotasi dengan ilmu pengetahuan modern.

Dokumentasi bersama kepala desa dan jajaran pemerintahan desa Sialogo.
Dokumentasi bersama kepala desa dan jajaran pemerintahan desa Sialogo.

Pilar terakhir, Transformation, memiliki tujuan besar untuk mengubah pola pikir dan kebijakan. Melalui kolaborasi antara masyarakat adat dan pemerintah, ECOREST berharap dapat melahirkan kebijakan yang lebih inklusif, yaitu kebijakan yang menghargai hak masyarakat adat sekaligus melindungi hutan sebagai warisan tak ternilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun