Banyak yang mengeluhkan betapa kemauan dan kemampuan menulis para mahasiswa di Indonesia masih sangat minim. Kemauan menulis pada umumnya hampir tidak ada, kecuali hanya untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen. Kemampuan menulis juga sangat terbatas karena tidak berlatih secara serius.
Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh para dosen dan pimpinan perburuan tinggi untuk mendorong atau memotivasi agar mahasiswa giat menulis? Adakah cara yang bisa diandalkan untuk menggairahkan mahasiswa dalam dunia tulis-menulis?
Melalui artikel sederhana ini, penulis akan membahas beberapa cara yang bisa dipakai untuk mendongkrak semangat mahasiswa menulis.
Pertama, mendorong mahasiswa untuk rajin membaca. Kemampuan menulis sulit berkembang kalau tidak disertai kesukaan membaca. Untuk ini, ketersediaan perpustakaan dengan buku-bukunya menjadi penting.
Orang yang suka dan rajin membaca tentu memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan mereka yang malas membaca buku atau sumber informasi lainnya.
Dengan banyak membaca, di samping memiliki pengetahuan yang luas, juga bisa menggelitik hati mahasiswa untuk menulis. Sebab, dengan banyak membaca, akan banyak inspirasi yang muncul. Dengan banyak membaca, kegairahan menulis akan bangkit dengan sendirinya.
Penulis sendiri mengalami hal tersebut. Karena doyan membaca buku dengan cara berburu bacaan di perpustakaan, maka gairah menulis lambat laun bangkit.
Saat itu penulis pikir, penulis pun bisa menulis seperti yang ditulis oleh para penulis di koran atau majalah. Nah, penulis pun mencoba menuangkan gagasan dan ternyata banyak juga berhasil tembus ke sejumlah media massa.
Kedua, menjadi contoh di bidang penulisan. Dunia tulis-menulis demikian luas cakupannya. Tidak hanya dalam konteks akademik, seperti membuat makalah, laporan, jurnal, skripsi, tesis, dan karya ilmiah lainnya.
Bahkan, juga harus berani ke luar dari ranah akademik, misalnya menulis di media online, di koran, majalah. Bentuknya bisa berula opini, features, esai, bahkan buku.