Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menjodohkan dan Dijodohkan, Masih Relevankah Saat Ini?

30 Mei 2021   05:37 Diperbarui: 30 Mei 2021   07:09 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjodohkan atau dijodohkan (Sumber gambar: weheartit.com)

Teringat cerita tetua yang berkisah tentang masa lalu mereka. Konon, di masa lalu, menjodohkan anak adalah hal yang biasa. Tidak ada yang salah atau tabu.

Bahkan, jika misalnya si pria suka, sedangkan wanitanya tidak atau kurang suka, mereka tetap bisa dijodohkan dan dinikahkan dengan sedikit paksaan.

Berpacaran Zaman Dulu

Anak-anak tempo doeloe rupanya manut-manut saja ketika dijodohkan. Mereka pada umumnya patuh terhadap keputusan orangtua mereka.

Dijodohkan dengan siapa, ia menerima saja. Kalau sudah antarorangtua setuju, ya, anak-anak mereka mengikuti saja.

Terlebih lagi -- lagi-lagi konon, zaman dulu masih belum menjadi hal biasa  pihak lelaki mendatangi pihak perempuan yang diinginkannya, apalagi sebaliknya.

Saat itu, belum lazim pria dan wanita sedang fall in love boleh bergandengan tangan dan bepergian ke mana saja mereka mau seperti terjadi sekarang.

Maklum saja, zaman-lah yang menghendaki demikian. Karena laki-laki dan perempuan secara sosial tidak diijinkan bertemu, maka bisa saja mereka akan berusaha bersua secara diam-diam. Mereka mencuri-curi kesempatan untuk bertemu tanpa diketahui oleh orang lain.

Karena jarang dan sulit bertemu lawan jenis dan tidak pula bisa saling mengenal secara mendalam, maka pilihan pada akhirnya menyerahkan kepada orangtua mereka, mau dijodohkan dengan siapa saja.

Karena pergaulan saat itu terbatas di dalam keluarga besar saja, maka banyak terjadi perkawinan terjadi antaranggota keluarga besar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun