Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengalaman "Menikmati" Banjir dan Kasur yang Terendam Air

12 Januari 2021   18:44 Diperbarui: 12 Januari 2021   22:18 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terendam banjir (Sumber: KOMPAS.com/Revi C Rantung)

Saya sadar, air rupanya sudah masuk ke dalam kamar tanpa saya ketahui sama sekali karena tertudir pulas. Saya mencoba keluar kamar, lalu melongok melalui jendela. Eh, ternyata air di luar rumah kira-kira sudah setinggi pinggang orang dewasa.

Lalu, apa yang bisa saya lakukan? Tidak ada sama sekali. Setelah memeriksa di sekeliling, saya tak berani keluar. Akhirnya saya memilih duduk di atas kasur dengan beralasan sebuah tempat duduk kecil agar pantat tidak basah.

Hujan di luar masih deras. Rupanya saya mesti menunggu hujan reda agar air menyurut. Dan, benar, sekitar satu jam lamanya saya menunggu, akhirnya air pun surut. Air yang menggenang di kamar, di ruang tamu dan sekitarnya perlahan-lahan mulai mengalir ke luar menuju got yang tak jauh dari mess kantor itu.

Pagi dini hari saya pun mulai bersih-bersih. Membersihkan air, lumpur, dan kotoran yang dibawanya ke dalam kamar dan sekitarnya. Melelahkan memang, tapi mau apa lagi. Kamar dan sekitarnya mesti segera dibersihkan.

Areal tempat tinggal saya itu memang posisinya agak rendah dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya. Kalau lagi hujan, otomatis tempat ini jadi penampung air hujan. Mirip dengan waduk dadakan, he he he. Tapi, kali ini, tumben banjirnya masuk hingga ke kamar dan sampai merendam kasur.

Membuat Tanggul di Bawah Pagar

Keesokan harinya saya bersama teman-teman di sekitar mess membuat semacam penampang atau tanggul agar air tak masuk ke halaman dan ke dalam mess. Lantai di bawah pintu pagar rumah kami tinggikan. Bentuknya mirip polisi tidur, hanya sedikit lebih tinggi.

 Ini penting agar air dari jalan tak lagi bisa mengalir masuk. Untuk maklum, air yang ada di dalam pekarangan adalah kiriman air dari jalan dan got yang dangkal.

Tak hanya itu, di pintu rumah pun saya buatkan tanggul kecil dari batu-bata yang direkatkan dengan campuran semen dan pasir untuk menutup kemungkinan air masuk kendati dengan ketinggian yang sangat terbatas.

Beruntung hujan berikutnya tak sederas hujan yang mengakibatkan banjir itu sehingga saya tak lagi direpotkan oleh kehadiran air yang nyelonong masuk kamar dan sudah merendam kasur tempat saya rebahan.

Dan, lebih beruntung lagi, kira-kira sebulan setelah itu got yang ada di depan mess di pinggir jalan dikeruk lebih dalam oleh petugas pemerinth setempat sehingga airnya mengalir lebih lancar dan tidak lagi meluap masuk ke pekarangan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun