Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Saya, Artikel, Kantor Pos, dan Honorarium Menulis

27 September 2020   19:42 Diperbarui: 27 September 2020   20:51 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuis artikel (Sumber gamber: littlehouseliving.com)

Judul di atas agak aneh, mungkin. Kok empat hal seperti dipaksa dijejalkan dalam satu judul? Sungguh tidak menarik! Kurang menggigit. Tapi, baiklah, kendati mungkin tak menggigit dan tidak pula menarik, saya yakin pembaca sudah bisa menduga seperti apa alur pikir yang disiratkan dalam judul itu. Judul sudah mencerminkan isi.

Hari Postel ke-75

Baiklah, tanpa berpanjang pengantar wacana, tulisan ini saya buat khusus untuk ikut memperingati Hari Pos Telekomunikasi Telegraf (PTT) ke-75, 27 September 1945- 27 September 2020.

Saya baru tahu peringatan Hari penting tersebut, setelah ada beberapa sahabat  mengirimkan pesan melalui whatsaap group (WAG) yang berisi ucapan selamat. Lalu, saya periksa di kalender juga untuk lebih memastikannya.

Berangkat dari WAG tersebut, saya tertarik menulis tentang hal ini, kendati hanya bagian yang sangat kecil yang menjelaskan keterhubungan saya dengan kantor pos. Mari kita mulai.

Membuat Naskah

Dulu, ketika belum mengenal email, saya berkirim surat selalu menggunakan jasa kantor pos. Surat apa yang saya kirim? Yang paling sering adalah naskah artikel yang saya alamatkan ke koran-koran.

Ceritanya, begini. Setiap kali membuat naskah, saya akan memulainya dengan membuat draft pertama berupa tulisan tangan di kertas. Biasanya saya akan menggunakan kertas bekas pakai. Daripada dibuang percuma, sementara di balik bagian yang sudah dipakai, masih ada ruang kosong, di situlah saya goreskan pena.

Saya menulis artikel di atas kertas dari awal hingga selesai. Tentu saja keadaannya masih penuh dengan corat-coret di sana-sini. Tapi, dari draft pertama ini sudah menjadi jelas alur pikir naskah yang saya buat.

Kemudian, saya menyalin draft itu ke naskah kedua, masih menggunakan kertas bekas. Tapi, kali ini sudah lebih rapi, terstruktur dan sistematis. Masih dalam tulisan tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun