Mengenal Tari Trunajaya
Bersamaan dengan itu, pelbagai bentuk kesenian juga berkembang dengan subur, termasuk berbagai tarian. Beberapa diantaranya yang cukup dikenal, yaitu Tari Kecak, Tari Barong, Tari Pendet, Tari Baris, dan Tari Topeng.
Salah satu tarian Bali yang saya perkenalkan adalah Tari Truna Jaya yang berasal dari Kabupaten Buleleng, Bali.
Sebuah sumber menyebutkan bahwa tari Trunajaya diciptakan pada tahun 1915 oleh Pan Wandres dalam bentuk Kebyar Legong. Kemudian, tarian ini  disempurnakan lagi oleh seniman asal Bali juga yang bernama I Gede Manik.
Kedua tokoh seniman itu sudah lama wafat. Adalah Luh Menek, penari generasi pertama yang menjadi penerus tarian ini  hingga sekarang. Pada usianya yang kini sudah mendekati 81 tahun- kelahiran 31 Desember 1939, ia masih  energik menarikan Trunajaya dan sibuk melatih para penari berusia muda.Â
Bahkan, seperti dikisahkan, dulu ia pernah membawakan tarian ini di hadapan Presiden Soekarno di Istana Kepresidenan Bogor. "Saya bangga bisa menari di hadapan Presiden waktu ini. Tidak ada perasaan grogi," ujar Luh Menek saat diwawancarai wartawan.Â
Disebutkan, Presiden Soekarno berpesan secara khusus kepada Luh Menek agar melestarikan kesenian Bali, termasuk Tari Trunajaya. "Saya masih ingat, Presiden Soekarno berpesan kepada saya sambil menepuk pundak saya. Ia berpesan agar saya terus semangat menari dan melanggengkan Tari Trunajaya ini agar tidak dilupakan orang," imbuh Luh Menek.
Arti Kata "Trunajaya"
Trunajaya berasal dari dua kata "truna" dan "jaya". Â "Truna" berarti pemuda" dan "jaya" diinterpretasikan sebagai semangat atau gairah muda yang diwujudkan dengan energi yang besar.
Tari Trunajaya menggambarkan gerak-gerik pemuda yang telah beranjak dewasa yang demikian dinamis saat berusaha mencari cara untuk memikat hati lawan jenisnya.Â