Setiap tulisan resensi yang sudah di-publish di media tentu akan dinikmati pembaca. Kalau tidak untuk dibaca, percuma saja kita mempublikasi tulisan, bukan? Dengan kata lain, si perensensi akan mendapatkan respons pembaca atau khalayak.
Dari kebiasaan membuat tulisan resensi buku, saya mendapatkan sejumlah pengalaman menarik. Antara lain seperti saya tuliskan pada artikel sebelumnya, saya pernah menjadi salah seorang pemenang resensi buku yang diselenggarakan Kompas-Gramedia beberapa tahun yang lalu sehingga dihadiahi voucher pembelian buku.
Di samping itu, saya juga mendapatkan kiriman beberapa buku dari penerbit dan dari perseorangan tanpa harus membayar sepeser pun. Ada beberapa orang yang secara personal mengirim atau memberikan buku kepada saya sebagai tanda persahabatan.
Buku-buku Gratis
Beberapa sahabat yang pernah mengirimi saya buku yang masih saya ingat adalah Mbak Aridha Prasetya dan Pak Thamrin Dahlan, keduanya kompasianer. Ada juga sahabat lain seperti Prof. I Nyoman Jampel (rektor), Prof. Ratminingsih (dosen), Dr. Gede Made Metera (rektor), Made Ole Adnyana (sastrawan), Romi Sudhita (penulis), dr. Arya Nugraha, SpPD (tenaga medis), Tastra Wijaya (birokrat), Satriya Kusuma (penulis naskah drama), dan beberapa lagi lainnya.
Jadi, saya mendapatkan buku tanpa harus membelinya he he he. Menyenangkan sekali bukan? Lalu, beberapa buku itu saya "bedah" isinya sebagai bentuk balas jasa kepada si penulis atau si pemberi. Tapi, hal ini tak selalu saya lakukan. Kalau isinya bagus dan menggoda saya untuk membedahnya, maka jadilah resensi.
Melihat Keunggulan Buku
Dalam penulisan resensi saya tidak memiliki kecenderungan membedah buku dengan mengangkat kekurangan isi buku, melainkan hal-hal baik atau unggul yang ada di buku tersebut. Kalau saat membaca saya pandang buku tersebut tidak menarik pasti tak akan saya buatkan resensinya.
Sebaliknya, jika menurut saya buku itu menarik dan memiliki kualitas yang bagus, maka saya akan perkenalkan kepada publik tanpa merasa perlu menghadirkan kritik atas kekurangan yang terdapat pada buku itu.Â
Prinsip saya: lebih baik melihat hal-hal yang positif daripada hal-hal negatif pada sebuah buku. Karena buku itu adalah buku terpilih, apalagi best seller jarang ada yang jelek kualitasnya.
Dengan demikian, paling tidak ada empat hal yang diperoleh penulis resensi, yakni pertama, "memaksa" diri menempatkan prioritas membeli buku -- sesuatu yang positif; dan kedua,"mewajibkan" diri membaca buku dengan bersungguh-sungguh -- penambahan pengetahuan secara akumulatif.