Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Ketika Ogoh-ogoh Tidak Dipentaskan Lagi

26 Maret 2020   11:18 Diperbarui: 14 Maret 2021   07:50 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana jalan protokol saat pelaksanaan Hari Raya Nyepi Caka 1942 di Gianyar, Bali, Rabu (25/3/2020). Pelaksanaan Nyepi tahun 2020 di Bali, selain untuk pelaksanaan Catur Beratha Penyepian atau empat pantangan bagi Umat Hindu juga ditargetkan dapat memutus penyebaran wabah COVID-19. (ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA)

Bagi sahabat yang tinggal di Bali, mengawali Hari Raya Nyepi, tentu akan dapat menyaksikan ogoh-ogoh yang dipentaskan di sepanjang jalan. 

Ogoh-ogoh itu merupakan simbolisasi dari makhluk raksasa dari alam lain yang acap membuat keresahan di atas bumi. Dipentaskan pada H-1 Nyepi saat upacara Pengrupukan Tawur Kesanga.

Kemeriahan Menjelang Nyepi
Makhluk dari alam lain itu menebar banyak hal negatif. Simbolisasi dari makhluk itulah dengan berbagai bentuk itulah yang diarak keliling, untuk kemudian setelah arak-arakan selesai, dibakar di sebuah tempat lapang terdekat.

Makna simbolis pembakaran ini adalah agar "bhutakala" kembali ke asalnya (somia- Bahasa Bali) dan tidak mengganggu kehidupan manusia.

H-1 Hari Raya Nyepi, saat arak-arakan itu diadakan, seluruh wilayah jadi meriah. Suara lom-loman (semacam meriam dari bambu) bertentuman, sahut-menyahut. Sementara itu, ogoh-ogoh mulai dipentaskan menjelang petang.

Umat Hindu mengarak ogoh-ogoh di Bali, Rabu (6/3/2019). Pawai Ogoh-ogoh dilaksanakan dalam rangkaian perayaan Nyepi Tahun Baru Caka 1941 yang jatuh pada tanggal 7 maret 2019.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Umat Hindu mengarak ogoh-ogoh di Bali, Rabu (6/3/2019). Pawai Ogoh-ogoh dilaksanakan dalam rangkaian perayaan Nyepi Tahun Baru Caka 1941 yang jatuh pada tanggal 7 maret 2019.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Generasi muda dengan penuh gairah mempersiapkan diri mengusung ogoh-ogoh dan mengaraknya keliling desa. Para penonton terkagum-kagum menyaksikan hasil karya kawula muda yang pintar mengekspresikan ide-ide kreatif dan orisinal mereka ke dalam bentuk makhluk raksasa itu. Tak terkecuali, para turis dari berbagai negeri pun ikut terpana  menonton momen yang belum tentu akan bisa mereka tonton lagi .

Begitulah gambaran menjelang dan saat pementasan ogoh-ogoh berlangsung. Semuanya tumpah-ruah terlibat.

Ada yang sekadar menjadi penonton, ada pula yang aktif mengambil bagian dalam kegiatan itu dari awal hingga akhir. Bali menjadi wilayah yang sangat semarak. Tamu asing seringkali berkunjung ke Bali menjelang Nyepi agar bisa melihat arak-arakan ini.

Tahun Ini Tak Diarak Lagi
Akan tetapi, tahun ini, ogoh-ogoh tak dipentaskan lagi. Padahal, masyarakat, teristimewa generasi muda daerah ini, sudah jauh-jauh hari mempersiapkan dan membuat ogoh-ogoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun