Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tak Hanya "Siap Menang", Juga Harus "Siap Kalah"

20 April 2019   15:29 Diperbarui: 20 April 2019   15:39 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Anak saya yang pertama, perempuan,  senang sekali mengikuti lomba bernyanyi. Sejak Taman Kanak-Kanak (TK) ia sudah kami perkenalkan dengan berbagai lomba, terutama lomba tarik suara. Mulai dari lomba tingkat sekolah, tingkat kabupaten, dan hingga ke tingkat provinsi pernah diikutinya.

Naik Panggung dengan Cara Unik

Teringat ketika masih TK nol besar, ia kami ikutkan dalam lomba bernyanyi lagu anak-anak di RRI Singaraja. Ini adalah kesempatan pertamanya mengikuti kompetisi bernyanyi. Waktu naik ke panggung, saking semangatnya, ia tidak naik melalui tangga yang sudah ada, melainkan melalui bibir depan panggung yang tingginya setengah dari tinggi badannya.

Ia merangkak naik  di situ. Untung panitia setempat membantu memboyongnya ke atas. Hadirin pun tertawa melihat pemandangan ini. Untungnya, ia tak grogi sedikit pun akibat 'kecelakaan kecil' ini. Ia bernyanyi dengan bersungguh-sungguh. Alhasil, sebagai pendatang baru, ia belum berhasil.

Dalam perjalanan pulang, saya katakan kepadanya bahwa pada setiap lomba pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Yang dicari, misalnya, hanya 3 orang pemenang, juara satu sampai juara tiga saja, sedangkan persertanya 30 orang. Tentu saja ada 27 orang peserta lomba harus siap tersisih. Nggak bisa jadi juara semuanya! Saat itu, entah paham atau tidak, ia mengangguk-angguk saja. Kami belikan es krim sebagai hadiah atas keberaniannya mengikuti lomba untuk pertama kalinya itu.

Ia pun semakin getol mengikuti lomba sejenis, terutama di tingkat kabupaten, lalu kemudian sampai ke tingkat provinsi bersamaan dengan bertambahnya usia. Mulailah dia berhasil meraih beberapa prestasi. Acapkali ia berhasil meraih juara. Jika tidak juara harapan, ya juara tiga, juara dua, atau bahkan juara satu.

Talenta bernyanyinya mulai terasah. Kami pun merasa, ternyata si anak benar-benar berbakat bernyanyi setelah berlatih dan berlatih secara berkelanjutan dan didampingi pelatih. Ketika mendengarkan dia bernyanyi, terasa lirik-lirik yang didendangkan merasuk jauh ke dalam hati. Ketika sedang menyanyikan lagu sedih, kami sering merasa tersentuh. Suaranya muncul dari hati sehingga masuk ke hati pendengarnya.

Menangis Sesenggukan Karena Kalah

Sampai pada suatu saat ia mengikuti kompetisi bintang radio yang diselenggarakan RRI Singaraja juga. Ini sudah untuk yang kedua kalinya. Dia tak berhasil menjadi juara satu sebagaimana diidam-idamkannya sehingga bisa mewakili daerah ini ke tingkat nasional. Ia hanya berhasil meraih juara 3. Dengan bekal juara tiga, berarti ia tak bisa ikut lomba ke level nasional.

Saat kami antarkan pulang, dia menangis sesenggukan. Dia kecewa, tentu. Saya dan istri, sebagai orang tuanya, kembali membesarkan hatinya. Mengingatkan bahwa selalu ada yang dapat juara dan yang tidak dalam setiap kompetisi, kecuali misalnya pesertanya hanya tiga, sementara juara yang dicari juga tiga orang.

Saat berpredikat sebagai mahasiswa, ia masih terus mengikuti lomba bernyanyi. Ia pun mulai mengikuti kompetisi antarkampus se-DKI, lalu ke  tingkat nasional.  Ketika itu ia masih menjadi mahasiswa S1 di Universitas Indonesia.  Dia sudah terbiasa menerima kekalahan. Ia sudah terbiasa mendapatkan juara, sebagaimana juga ia terbiasa pulang tanpa piala. Begitulah hingga pada akhirnya setelah melalui kompetisi yang panjang, ia bersama group-nya mewakili perguruan tinggi se-Indonesia ke ajang kompetisi tingkat internasional di Buzan, Korea, dan berhasil meraih medali emas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun