Tahun 2015 saya menyelesaikan studi doktor di Universitas Udayana, Denpasar. Pengalaman menjalani studi ini membuat saya paham betapa banyak waktu, tenaga, pikiran, dan uang yang harus diinvestasikan.Â
Saya membutuhkan waktu 5 tahun untuk menuntaskan studi ini hingga berhasil diwisuda sebagai doktor ilmu ekonomi. Sama sekali berbeda dengan kuliah S2 yang saya tempuh dengan 1 tahun 6 bulan di kampus yang sama.
Pada umumnya  orang menyelesaikan studi S3-nya dengan waktu 3 tahun, tetapi saya lima tahun. Mengapa lama? Bukan lantaran berkeinginan meneladani kuliah zaman doeloe yang cenderung berlama-lama, melainkan karena saya kuliah sambil bekerja, dan beberapa kali harus  'off' karena tugas dinas. Beruntung promotor dan copromotor selalu mengingatkan dan mendorong saya untuk kembali fokus pada studi.
Menguras Pikiran dan Isi Kantong
Di samping memakan waktu yang lama, tenaga dan pikiran pun benar-benar terkuras. Saya harus wara-wiri menempuh jurusan Singaraja-Denpasar pulang-pergi selama studi berlangsung dengan  melintasi medan yang cukup berat.Â
Mungkin para pembaca ada yang mengenal medan jalan Denpasar-Singaraja melalui Bedugul tentu memahami beratnya medan. Walaupun jalannya relatif mulus, tapi tikungan-tikungan berbahaya dan terjal tersebar di sejumlah titik. Dibutuhkan kondisi prima untuk melakoni ini setiap hendak pergi dan pulang kuliah.
Belum lagi bicara tentang terkurasnya pikiran. Mata kuliah sudah bisa diselesaikan dengan baik. Konsultasi dan bimbingan sudah dilakukan. Tapi, di tengah proses ini ada kendala yang cukup menghambat. Salah satunya, belum berhasil menggunakan teknik analisis kuantitatif secara benar. Beberapa kali konsultasi, masih saja tetap salah. Belum ada jalan keluar.Â
Di sinilah penulis sempat mandek, bahkan nyaris putus asa. Beruntung, dosen pembimbing selalu mengingatkan bahwa salah satu resep keberhasilan itu salah satunya adalah rajin hadir ke kampus, berdiskusi dengan dengan promotor dan copromotor, dengan dosen lain, dan dengan teman-teman sesama mahasiswa.Â
Akhirnya, berkat mengikuti petuah pembimbing, kendala itu bisa terselesaikan sampai ujian terbuka bisa saya ikuti dengan lancar dan selamat. Terima kasih, Tuhan.
Dukungan Banyak Pihak
Dalam perjalanan studi saya itu, banyak sekali para pihak yang sudah memberi dukungan. Pertama-tama tentu adalah keluarga: anak dan istri. Merekalah yang menjadi pendukung utama penyelesaian kuliah saya.Â