Mikroplastik dianggap sebagai polutan baru yang sampai saat ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak nya di berbagai sektor. Bertambahnya usia bumi, bertambah juga jumlah sampah plastik yang berada di lingkungan terutama perairan. Sampah plastik memiliki sifat persisten dan sulit terdegradasi. Proses degradasi yang membutuhkan waktu lama, hanya akan merubah plastik menjadi mikroplastik. Hampir seluruh perairan di dunia, bahkan bagian terdalam samudra pun tidak terlepas dari adanya mikroplastik. Bahkan Indonesia adalah penyumbang sampah plastik di lautan terbesar kedua setelah China.
Mikroplastik adalah plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm yang didalamnya terkandung bahan kimia yang dapat menyebabkan keracunan. mikroplastik dapat menyebar melalui arus atau ombak perairan sehingga dapat mengendap di dasar perairan dan bercampur dengan pasir pantai. Lebih bahayanya, mikroplastik dapat mudah termakan oleh hewan laut sehingga mengalami bioakumulasi pada predator puncak, termasuk manusia.
Mikroplastik yang berukuran lebih kecil dari 20 mikrometer dapat membahayakan kesehatan manusia. mikroplastik dengan ukuran tersebut dapat terakumulasi ditubuh dan dapat menyebabkan dampak negatif seperti peradangan pada organ, penyumbatan saluran usus sehingga mengakibatkan kenyang semu, stress fisiologis, perubahan pola makan, penghambatan pertumbuhan, dan penurunan kesuburan (Faujiah & Wahyuni, 2022)
Menurut Faujiah dan Wahyuni (2022), terdapat 5 bentuk umum mikroplastik yang sering ditemui di perairan yaitu :
- Fragmen : berasal dari pecahan plastik yang lebih besar dengan bentuk partikel tidak beraturan dan bersifat keras. Bentuk ini dapat berasal dari aktivitas manusia seperti fragmentasi dari botol minuman, toples, galon, map mika, dan pipa paralon.
- Fiber : berbentuk tipis dan panjang sepertti serat sintetis. Dihasilkan dari aktivitas masyarakat pesisir seperti fragentasi monofilamen pakaian, tali, dan alat tangkap nelayan seperti pancing dan jaring. Bentuk ini memiliki istilah lain yaitu filamen, helaian, dan benang.
- Film : berasal dari fragmentasi kantong plastik dan plastik makanan atau juga produk plastik yang memiliki massa jenis rendah sehingga sangat mudah robek dan terpecah-pecah menjadi bagian yang sangat tipis.
- Pelet : berasal dari sisa bahan baku kegiatan industri, bahan toiletries, sabun, dan pembersih muka.
- Foam : biasa disebut polistiren, berasal dari kemasan pengepakan dan tas plastik
Berdasarkan bentuk-bentuk mikroplastik tersebut, tentu dapat kita temui di kehidupan sehari-hari dengan jumlah yang tidak terbatas. Beberapa cara untuk mengurangi mikroplastik adalah sebgai berikut :
1. membuang sampah pada tempatnya
2. melakukan aksi zero waste seperti mengurangi penggunaan benda berbahan dasar plastik dan membiasakan untuk mendaur ulang
3. menggunakan transportasi umum.
Sumber :
Faujiah, I. N., & Wahyuni, I. R. (2022, March). Kelimpahan dan Karakteristik Mikroplastik pada Air Minum serta Potensi Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia. In Gunung Djati Conference Series (Vol. 7, pp. 89-95).