Mohon tunggu...
Dyah Ayu Agustina
Dyah Ayu Agustina Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Perempuan 24 tahun penyuka kopi tapi bukan penikmat senja. Sedang dalam perjalanan menemukan tujuan hidupnya dengan rajin mengutarakan perasaan dan pikiran dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Resep Mengolah Rasa

24 April 2021   11:51 Diperbarui: 24 April 2021   12:06 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sage Friedman, Unsplash. 

Menjamu rasa tak akan pernah habisnya. Seakan rasa diciptakan untuk mengikat setiap kenangan yang digenggam setiap manusia. Apa jadinya jika manusia berlagak menggunakan seluruh hidupnya hanya dengan logika, nyatanya satu langkah yang ditapakkan keluar pintu pun dengan menggunakan perasaan.

Perasaan untuk menjalani hari baru, untuk mengenal rasa baru. Tak elak rasa terkadang dianggap sebelah mata. Padahal aku pernah mendengar pendapat bahwa manusia adalah mahluk berperasaan yang belajar menggunakan logikanya.

Satu dua mangkuk perasaan Tuhan sajikan setiap harinya. Ada manusia yang dengan cermat memanggang atau menggorengnya. Adapula manusia lain yang tak tahu cara mengolah perasaan, hanya tahu bagaimana menikmatinya. Manusia jenis itu seringkali tak pintar bila perasaan yang Tuhan kirimkan tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Cermat tidaknya manusia mengolah rasa, hanya satu resep yang dapat dipakai apapun situasinya, yaitu menerima dengan penuh kesadaran.

Jika Tuhan tuangkan satu sendok teh rasa bahagia dan satu sendok makan rasa sedih, maka langkah pertama yang harus dilakukan tak elak hanyalah menerimanya. Mungkin bagi sebagian khalayak beranggapan itu tidak adil. Manusia mana yang ingin dibumbui rasa sedih lebih banyak dari rasa bahagia?

Namun begitulah tangan Tuhan memberi kita sejuta rasa. Terimalah bahwa Tuhan tahu perpaduan satu sendok teh bahagia dan satu sendok makan kesedihan adalah yang terbaik bagi kita di saat itu. Segalanya pas sesuai kehendakNya. Tinggal kita, yang harus menyadari bahwa kunci mendapatkan hasil maksimal dari resep itu adalah cara mengolahnya. Kitalah koki dari resep ciptaanNya.

Di lain hari Tuhan justru akan memberikanmu satu sendok makan penuh kebahagiaan. Berhati-hatilah, pemberian seperti ini harus diolah dengan hati-hati. Jika tidak, maka resep ini hanya akan membawamu terbang ke langit-langit namun sulit untuk turun lagi ke bumi. Terimalah dengan penuh syukur, namun kau harus mengolahnya dengan bijaksana. Simpan bahagiamu itu beberapa persen untuk kau gunakan ketika Tuhan memberikan satu sendok makan penuh kesedihan.

Itu akan sangat berguna untuk membuatmu terus menapak bumi, mengilhami kehendak Tuhan untuk selalu berbagi bahagia dengan orang-orang di sekitarmu. Maka percayalah, kebahagiaan dalam dirimu akan bertambah dengan sendirinya.

Ada saat pula dimana Tuhan akan memberikan resep kesedihan yang hanya seujung sendok teh, namun dampaknya seperti satu sendok makan kesedihan. Itulah kesedihan. Banyak atau sedikit takarannya pasti akan merusak hari-harimu. Tapi aku sarankan, tetaplah mengolahnya dengan bijaksana. Agar rasa ini tidak merundungmu, agar rasa ini justru menambah kemampuanmu untuk mengolah rasa lainnya yaitu rasa syukur.

Sepanjang perjalananku mengolah berbagai macam resep dari Tuhan, mengolah rasa yang satu ini memang perlu tingkat tinggi. Yakinlah, semakin banyak kau mengolah rasa sedih, predikat koki tangguh akan terpatri dalam dirimu.

Mungkin ketika Tuhan sedang ingin mengujimu, Ia bahkan tidak akan mengirim resep apapun di hari itu. Ia membiarkan kita menjadi hambar. Karena dengan hambar kita sejatinya kosong. Hasrat untuk mencari atau menumbuhkan rasa baru justru datang dari diri kita sendiri. Bagaimana tanpa bantuan siapapun kita dapat menciptakan resep yang justru paling sesuai dengan jiwa dan raga pada suatu moment. Yang ini favoritku. Tuhan biarkan manusia mengerti takaran perasaan untuk diolah secara mandiri. Hasilnya, kita akan menikmati kerja keras perasaan kita mengolah cita rasanya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun