Mohon tunggu...
Dwi Utomo
Dwi Utomo Mohon Tunggu... Administrasi - Fiskus sekaligus rakyat jelata

Saat ini bekerja di kantor pajak di Batu, Jawa Timur. Mempunyai minat menekuni dunia grafis dan informasi teknologi ringan. Mempunyai blog yang isinya sekitar pajak di www.contohpajak.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Bank Akar Masyarakat

15 Desember 2017   08:27 Diperbarui: 15 Desember 2017   08:27 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliner legendaris yang mampu bertahan hingga kini biasanya mempunyai jaminan rasa yang sama dengan resep orisinilnya, alasannya wajar, loyalis setianya alias pembelinya pasti menginginkan kenikmatan yang sudah lekat dan teruji tak peduli saat ini serbuan citarasa asing mudah ditemui di penjuru Indonesia. Cicipi saja Gudek Yu Djum, Nasi Jamblang Mang Dul, Es krim Oen dsb. Tapi kali ini saya tidak akan memberikan review kuliner karena saya memang belum pernah mencoba makanan tadi tetapi berbagi kesan dengan salah satu bank yang juga cukup legendaris yaitu Bank Rakyat Indonesia.

Lihat dari Wikipedia, BRI sudah berdiri sejak 1895, yang artinya jauh sebelum saya lahir (bahkan termasuk Anda yang lagi baca ini) BRI sudah ada dan masih eksis hingga kini, artinya pasti ada resep rahasia yang memungkinkan bank ini bertahan dan semakin menyebar dimana-mana cabangnya di Indonesia. Sewaktu saya masih SD ya 20-an tahun lalulah, bapak saya sering mengajak ke BRI di kecamatan, biasanya untuk tarik gaji. Nuansa merakyat terlihat dengan model gedung waktu itu yang masih desain bangunan jawa kuno dengan atap tinggi dan interior loket teller yang luas sehingga terasa dingin walau tidak dipasang AC atau kipas angin, selain itu logonya yang simpel pula dan mudah diingat karena hanya rangkaian huruf B-R-I dan dibatasi kotakan sehingga mudah saja bagi saya untuk mengambar ulang. Nyatanya bank ini memang mudah untuk menelusup kemana-mana karena cabangnya yang mudah dijumpai (lebih dari 10.000 kantor cabang dan subnya), tidak hanya di Pulau Jawa saja, tetapi hingga ke pelosok Tanah Papua, terbukti ketika saya pindah kerja di Timika tahun 2009, BRI sudah mempunyai beberapa cabang sementara bank BUMN lain masih 1-2 saja kantornya. Saat ini bahkan BRI adalah bank satu-satunya yang mempunyai satelit untuk memaksimalkan layanan perbankan.

Selain itu yang membuat kesan saya lekat dengan dekatnya antara lembaga keuangan ini dengan nasabahnya adalah, layanan keuangannya bervariasi menyesuaikan lapisan konsumen mulai dari anak-anak hingga korporasi, dari Junio hingga Britama Bisnis. Dari tabungan usaha hingga haji ada semua. Layanan lain yang juga dicari adalah pinjaman kredit bank, saya rasa pembaca pasti paham. Pokoknya pengguna tinggal tanya customer service untuk dijelaskan layanan apa yang sesuai dengan kebutuhan.

Secara umum BRI dengan Bank BUMN lainnya adalah sama tujuannya, yaitu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat. Plus minus antar bank milik negara pasti ada. Walaupun saat ini ada Fintech atau financial technology alias layanan non bank yang menyediakan pinjaman dari peer to peer atawa dari perkumpulan modal ke pengguna aplikasi tetap saja, bank tetap dibutuhkan dan lebih aman karena sudah ada standar operasioal demi mejamin keamanan dan kenyamanan nasabah. Cuma satu yang masih mengganjal saya pribadi yaitu bentuk logo dan visual branding BRI ini menurut saya sudah usang, mungkin karena logonya yang simpel dan pilihan font yang tegas, kadang buat saya sebagai pegiat desain abal-abal gemas untuk ingin mencoba menggantinya, tetapi apalah saya ini, pemilik bank bukan, direksi juga bukan. Mungkin kembali ke awal pargraf, mempertahankan tradisi adalah branding terkuat dengan didukung penyempurnaan dan inovasi layanan.

Bravo untuk semua bank milik Indonesia! 

Sumber gambar: Freepik danvector-logocdr

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun