Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pemakaman Tenaga Medis di Makam Pahlawan, Nggak Mungkin Lah

12 April 2020   16:59 Diperbarui: 12 April 2020   17:24 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: fotodedi.wordpress.com

"Selamat berjuang tenaga medis, terima kasih atas kinerja hebatnya, juga untuk polisi dan tentara yang bekerja keras melindungi warga negara."

Kejadian jenazah tenaga media yang ditolak oleh warga saat akan dimakamkan di tempat Pemakaman Umum (TPU) Siwakul Bandarjo Ungaran Barat Semarang menjadi sangat menyedihkan di era pandemi saat ini, hal ini jadi bukti bahwa informasi tentang virus penebab pandemi belum dipahami oleh rakyat akar rumput, dan akibat pemberitaan yang menakutkan, masyarakat menjadi takut yang salah satu akibatnya adalah penolakan pemakaman itu.

Untuk penduduk yang menggemari tantangan, kabar menakutkan ini malah membuat mereka terdorong untuk menerima tantangan menghadapi pandemi ini, yang indikasinya terlihat dari ketidakpatuhan mereka untuk tetap di rumah, ad yang memaksakan untuk tetap bisa bekerja di jalan, bahkan sering terdengar di telinga saya, mereka mengatakan "Tak perlu ditakutkan penyakit itu, cuekin ajaaa supaya kita kebal dan ga tertular".

Ada yang punya ide tenaga medis yang meninggal kerena terinfeksi covid-19 dimakamkan di taman makam pahlawan, ga mungkin deh kayanya, kenapa?

Pemerintah beberapa tahun terakhir ini tak terlalu memandang dengan dua mata peran tenaga medis, bahkan cenderung menekan tenaga medis untuk terus bekerja dengan optimal walau biaya rumah sakit, perawatan alat, biaya obat dan lain-lain yang dibutuhkan rumah sakit tak segera dibayarkan hingga dua puluh trilyun rupiah lebih.

Rakyat lebih dimanjakan, dikampanyekan berobat gratis jika sakit walau tak pernah membayar iuran pemeliharaan kesehatan, akibatnya rumah sakit dan tenaga medis menjerit tetapi jeritannya tak boleh terdengar, mereka terbelenggu oleh sumpah profesi.

Kekurangan alat pelindung diri sesungguhnya tak menghebohkan, karena rumah sakit kekurangan banyak hal karena terus dihutangi pemerintah, menagih tak bisa, menjerit bakal kena semprit.

Silahkan anda perhatikan taman makam pahlawan, tampaknya pemakaman itu diperuntukan buat mereka yang saat bekerja menggunakan helm, sementara para medis yang seharusnya menggunakan alat pelindung diri yang mirip helm, tak tersedia, tetapi tetap harus melayani penduduk yang datang dengan virus di badannya.

Para pelaku yang menolak pemakaman tenaga medis di Semarang telah ditangkap Polisi, ini harus diapresiasi dan dikabarkan terus proses hukumnya agar masyarakat tahu dan tak lagi melakukan penolakkan.

Pemakaman seseorang di taman makam pahkawan itu ada peraturannya, dalam bentuk surat keputusan. Jika keputusan penetapan Pembatasan Sosial Berbasis Besar memakan waktu yang panjang, jenazah seseorang tak bisa menunggu hari dan harus segera dimakamkan agar tak menimbulkan masalah baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun