Mohon tunggu...
Dwi Rustanti
Dwi Rustanti Mohon Tunggu... Guru - Penulis adalah penulis pemula yang mengajar di SDN Pepe-Sedati-Sidoarjo

Penulis adalah penulis pemula yang mengajar kelas 6 di SDN Pepe-Sedati-Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurangi Jajan di Perjalanan dengan Tidur

6 November 2020   21:36 Diperbarui: 6 November 2020   21:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin judul tulisan saya ini sedikit nyeleneh namun ini benar saya alami selama delapan tahun. Setiap hari saya melakukan perjalan dari rumah ke tempat kerja yang jaraknya sekitar 70 km. Butuh waktu antara 1,5 sampai 2 jam dengan naik bis untuk sampai ketujuan, itupu kalau jalan tidak macet. Banyak sekali cerita tentang perjalanan jauh saya dari rumah ke tempat kerja, yang pasti hal yang menyenangkan dari kisah perjalananku adalah banyak teman mulai dari dokter, guru, sopir , kernet bis, pedagang asongan hingga pengamen .

Biasanya ketika pulang saya sengaja memilih bis AC namun tarifnya biasa agar bisa tertidur pulas di dalam bis. Maklum kala itu gaji saya masih pas-pasan dan ongkos perjalanan saya untuk sampai ke tempat kerja juga lumayan banyak. Jadi selama delapan tahun saya perjalanan dengan bis hanya beberapa kali saja saya naik bis patas itupun karena ada sesuatu dan lain hal. Andaikan tak ada bis AC tarif biasa saya naik bis biasa dan saya bisa tertidur di bis tanpa ac. 

Mungkin bisa dibayangkan bagaimana panasnya belum lagi terkadang para perokok yang merokok di dalam bis membuat suasana bis semakin pengap, tapi entah dalam keadaan seperti itu sayapun bisa tertidur pulas. Saya tidak takut bisnya keblabasan karena tujuan saya adalah terminal Bungurasih yang merupakan tujuan akhir bis yang saya tumpangi.

Saya biasanya memilih bangku yang pojok agar saya tertidur dan tidak terganggu penumpang lain yang mau turun karena harus geser tempat duduk, meskipun sering kali tiba-tiba bis ngerem dadak dan kening saya terbentur jendela bis namun itu tetap saya tidak kapok untuk duduk dipojok., namun kita tidak boleh sembrono tetap jaga barang bawaan kita saya biasanya tertidur dengan posisi tas ada dipangkuan saya dan tali tas berada di badan saya, meskipun dalam keadaan tidur kita juga tetap waspada. 

Kalaupun saya tidak tidur di bis itu karena beberapa faktor misalnya tidak dapat tempat duduk atau diajak ngobrol teman senasib dan seperjalanan dan rata-rata obrolan kami sering masalah mutasi.Bagaimana saya bisa mutasi ketempat yang dekat rumah dan siapa saja teman-teman saya yang sudah berhasil mutasi.

Dengan tidur memang mengurangi keinginan saya untuk membeli jajan di bis, mungkin sudah hal biasa makanan dan minuman yang dijajakan pedagang asongan di bis harganya bisa dua kali lipat dari harga normal. Meskipun terkadang kita perlu membeli dagangan para pedagang asongan agar mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Selain itu dengan tidur juga bisa melepas lelahku setelah bekerja, tapi sekali lagi kalau kita tertidur dalam kendaraan umum kita harus tetap waspada. Saya juga terbiasa membawa minum air putih dari rumah untuk mengurangi membeli minuman di perjalanan dan sebelum pulang biasanya saya isi botol tersebut dengan air mineral yang disediakan di kantor tempat saya bekerja.  

Alhamdulillah diakhir tahun 2009 saya berhasil mutasi ke tempat kerja yang dekat rumah. Meskipun melalui perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun