Mohon tunggu...
Dwi Rahayu Retno Wulan
Dwi Rahayu Retno Wulan Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 3 Bulukerto Kab. Wonogiri Jawa Tengah

Sapa kang teteken tekun bakal katekan kang dadi tekade!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Susuk Wangan sebagai Media Pembentuk Karakter di Era Milenial

2 Desember 2022   07:10 Diperbarui: 2 Desember 2022   07:15 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Upacara tradisional diketahui sebagai suatu kearifan lokal yang didalamnya terdapat sumber kekayaan budaya yang perlu digali, dilestarikan, bahkan dikembangkan. Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Salah satu cara atau mekanisme di dalam masyarakat untuk mempelajari kebudayaan yang mengandung norma-norma serta nilai-nilai kehidupan agar mematuhi dan menjunjung tinggi norma serta nilai tersebut demi kelestarian hidup bermasyarakat dapat dilihat dari adanya upacara tradisional. 

Dalam sebuah upacara tradisional, seseorang dapat mengambil berbagai nilai untuk bahan pembelajaran. Etika orang Jawa menguraikan bahwa menyampaikan sesuatu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui pituduh dan wewaler (Saddhono & Kurniawan, 2017: 76). Pituduh berkaitan dengan nilai-nilai yang dapat ditiru dan diteladani. Sedangkan wewaler adalah nilai-nilai yang harus dihindari. Maka dari itu, dengan mempelajari upacara tradisional, kita dapat memilah dan memilih pituduh-pituduh yang tersirat dalam prosesi upacara tradisional sebagai media pembentukan karakter diri agar terhindar dari berbagai wewaler di era milenial ini. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tradisional adalah nilai kultural, nilai kesosialan, nilai kesusilaan, dan nilai keagamaan (Mardiatmadja, 1986: 55).

Masyarakat Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri melaksanakan upacara tradisional Susuk Wangan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena masyarakat Desa Setren mendapatkan air yang melimpah sehingga dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari maupun pertanian. Sebenarnya banyak sekali upacara tradisional yang dapat dikaji, namun peneliti memilih mengkaji mengenai upacara tradisional Susuk Wangan karena disetiap prosesinya sarat sekali akan nilai-nilai pendiidikan yang berguna bagi pembentukan karakter seseorang. Diharapkan dengan mempelajari upacara tradisional tersebut nantinya para masyarakat, khusunya generasi muda dapat tergugah hatinya dan merubah karakter dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Nilai Kesusilaan dalam Upacara Tradisional Susuk Wangan

Kesusilaan atau sering disebut dengan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan masyarakat, merupakan makna yang terkandung di dalam kebudayaan, makna yang disaratkan lewat prosesi-prosesi dalam upacara tradisional. Moral merupakan pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan bisa menciptakan keseimbangan antara intelek dan moralitas yang tinggi (Huda, dkk., 2016: 667). Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pembentukan front pendidikan memang harus didasarkan pada karakter nilai mulia bangsa.

Nilai moral yang terkandung dalam upacara tradisional bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika yang merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan, jika pelaksanaan pendidikan moral di sekolah diimbangi dengan aspek kognitif dan aspek psikomotorik, maka prestasi siswa akan meningkat dan tentunya memiliki karakter yang baik (Benninga, J.S., dkk., 2003: 19).

Dari upacara tradisional Susuk Wangan yang diadakan di Desa Setren, dapat diketahui bahwa dari berbagai prosesi yang diadakan terdapat banyak sekali nilai moral yang terkandung di dalamnya. Salah satu contoh nilai moral adalah adanya sikap tenggang rasa di antara masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari acara membersihkan saluran air, membersihkan jalan, dan membersihkan gerbang hutan. Selain itu, dari pihak ibu-ibu yang mempersiapkan segala ubarampe guna pelaksanaan upacara tradisional Susuk Wangan juga mewujudkan adanya sifat tenggang rasa.

Masyarakat Desa Setren diketahui memiliki berbagai macam mata pencaharian. Namun demi terlaksananya upacara tradisional Susuk Wangan mereka mengesampingkan ego masing-masing, saling bahu-membahu agar upacara tradisional Susuk Wangan berjalan lancar. Hal itu sangat baik ditiru oleh masyarakat, khususnya para generasi muda. Karena jika kita memiliki sikap tenggang rasa pada orang lain akan menguntungkan kita sendiri, karena sesungguhnya kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Nyatanya saat ini sikap tenggang rasa justru tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat, khusunya para generasi muda. Di era milenial ini, mereka cenderung egois, acuh tak acuh, bahkan apatis pada orang lain. Maka dari itu, dengan mempelaari upacara tradisional Susuk Wangan ini, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda dapat tergugah hatinya untuk merubah karakter dirinya. Diharapkan mereka dapat sadar kembali dan menumbuhkan sikap tenggang rasa dalam kehidupan sehari-harinya.

Referensi

Benninga, J.S., dkk. (2003). The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in Character Education, 1 (1), 19-32. Diunduh 13 November 2022 dari http://www.csufresno.edu/kremen/bonnercent

Huda, Muh. Nurul, dkk. (2016). Raden Jono: Banyumas Fabel (Educational Character Analysis). Proceeding of 2nd International Conference of Arts Language and Culture, halaman 666-673.

Mardiatmadja. (1986). Hubungan Nilai dan Kebaikan. Jakarta: Sinar Harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun