Lingkungan belajar yang positif bukan hanya soal ruangan yang bersih dan nyaman, tetapi juga suasana yang mendukung perkembangan mental, emosional, dan sosial peserta didik. Psikologi pendidikan membantu guru dan orang tua memahami bagaimana anak belajar, berinteraksi, serta merespons stimulus di sekitarnya. Dengan pemahaman ini, proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.
Dalam perspektif psikologi pendidikan, anak akan lebih mudah menerima materi pelajaran jika mereka merasa aman, dihargai, dan memiliki hubungan yang baik dengan guru maupun teman-teman. Misalnya, guru dapat memulai pembelajaran dengan aktivitas yang melibatkan kerja sama, memberi pujian atas usaha siswa, atau menyediakan ruang diskusi yang terbuka. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar.
Lingkungan belajar yang positif juga berarti meminimalkan tekanan berlebihan. Guru dan orang tua perlu memperhatikan beban tugas yang sesuai kemampuan anak, memberi waktu istirahat yang cukup, serta mendorong anak untuk mengekspresikan pendapat. Dengan begitu, anak merasa dihargai dan lebih berani untuk mencoba hal-hal baru.
Pendekatan psikologi pendidikan menekankan pentingnya menyesuaikan metode mengajar dengan gaya belajar anak. Ada anak yang lebih mudah memahami lewat visual, ada pula yang lebih efektif lewat diskusi atau praktik langsung. Ketika guru mampu mengenali gaya belajar tersebut, suasana kelas menjadi lebih hidup dan inklusif.
Menciptakan lingkungan belajar positif pada akhirnya bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga seluruh pihak di sekolah, termasuk orang tua. Dengan sinergi yang baik, anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, kreatif, dan berprestasi sesuai potensinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI