Mohon tunggu...
Dwika Elok Nadira
Dwika Elok Nadira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa aktif semester awal di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah. Hobi saya suka mendengarkan musik, menggambar, serta menghayal. Saya mempunyai kepribadian yang fleksibel mengikuti situasi dan kondisi, tetapi dengan syarat harus menyelesaikan sesuatu dengan cepat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Amaran Krisis Ekonomi 2023

18 Oktober 2022   17:17 Diperbarui: 18 Oktober 2022   17:20 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Akhir akhir ini ramai banyak orang yang memperbincangkan tentang amaran kehadiran tahun 2023 yang di kawatirkan akan terjadi penurunan ekonomi global yang parah. Bank Dunia memprediksi bahwa negara-negara berkembang akan menghadapi resesi global dan krisis keuangan pada tahun 2023, karena bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada pertengahan september, Bank Dunia memperingatkan bahwa ketika bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi, dunia dapat menuju resesi secara global pada tahun 2023, dengan pertumbuhan yang diharapkan hanya 0,5%. Dalam konferensi pers, kepala Bank Dunia mengatakan bahwa pertumbuhan populasi global diperkirakan 1,1% per tahun. Ada beberapa sinkronisitas kebijakan moneter antar negara yang tidak terlihat dalam lima dekade terakhir yang kemungkinan  akan berlanjut  tahun depan.

Bank Dunia meyakini bahwa sinkronisasi kebijakan  banyak negara justru dapat melemahkan dan memperketat kondisi keuangan bahkan memperparah perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Pembuat kebijakan di negara berkembang juga harus mampu memitigasi risiko yang timbul dari pengetatan kebijakan moneter global.

Bank Dunia juga melaporkan bahwa pandemi COVID-19 merupakan salah satu penyebab utama peningkatan kemiskinan ekstrem di seluruh dunia, dengan sekitar 70 juta orang saat ini berada dalam kategori kemiskinan ekstrem. Perang di Ukraina adalah salah satu hal yang memperburuk situasi.

Kenaikan suku bunga dan berbagai kebijakan saat ini tidak akan cukup untuk mengembalikan inflasi global ke level sebelum  Covid-19. Bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga hingga 2 poin persentase untuk mengekang inflasi global.

Menurutnya, untuk mencapai  inflasi yang rendah, pembuat kebijakan harus menjaga stabilitas moneter dan mendorong pertumbuhan yang lebih cepat. Arah kebijakan  negara harus mengubah fokus dari pengendalian konsumsi menjadi peningkatan produksi.

Ayhan Kose, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan Ekonomi, Keuangan dan Hukum Kelembagaan, memperkirakan kebijakan tahun ini dapat membantu mengurangi inflasi dalam jangka pendek. Namun, langkah-langkah lebih lanjut diperlukan untuk mengurangi inflasi ke tingkat sebelum Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun