Yang terjadi sekarang situasinya berbeda. Banyak anak yang merasa aneh bila sekolah di sekolah swasta terutama swasta yang dikelola yayasan yang bernaung pada agama tertentu. Banyak orang terdoktrin oleh ormas untuk jangan belajar di sekolah itu karena ada penggiringan opini menjadi murtad atau akhirnya mengikuti agama di sekolah tersebut.
Menjadi merdeka belajar itu ya serahkan pada siswa untuk bisa belajar apa saja termasuk belajar agama - agama berbeda. Masalah keimanan  keluarganyalah yang harus menanamkan akhlak dan pemahaman agama. Sekarang kadang salah kaprah dalam memahami perbedaan.
Kembali ke pembahasan awal. Orang tua, seorang guru mempunyai kedudukan penting di desa (bukan soal materi) tetapi kepemimpinan, keteladanan, dan pengetahuan sebagai seorang pendidik yang mampu menggerakkan organisasi dan musyawarah desa.
Mensyukuri Seberapapun PendapatanÂ
Kedudukan guru di desa memang cukup terpandang, mungkin berbeda dengan sekarang di mana seorang guru yang pendapatannya termasuk rendah apalagi yang honorer. Mereka masih harus berjuang untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari - hari dengan kerja sampingan. Fokus menjadi terbelah dan harus merasakan bahwa guru bukan lagi profesi mentereng.
Jadi kalau hidup disyukuri hidup sebagai guru berapapun pendapatan dan honor sebagai guru cukup. Kalaupun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari  terasa susah, selalu ada jalan rejeki entah darimana datangnya. Asal masih ada usaha selalu ada jalan. Di Hari Pendidikan 2021 ini marilah sebagai guru tetap bertekat untuk meningkatkan harkat dan martabat penerus bangsa dengan mencerdaskan anak didik. Guru yang merdeka adalah guru yang mampu selalu mengikuti perkembangan zaman, bukan yang selalu mengeluh karena tantangan kehidupan semakin sulit.