Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjaga Toleransi Saat Puasa, Kesadaran Umat Non-Muslim

12 April 2021   14:30 Diperbarui: 12 April 2021   15:25 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesadaran Toleransi dan menghormati ibadah umat Beragama, dalam bingkai Pancasila (kompas.com)

Besok Ramadhan hari pertama bagi umat Islam. Hari ini pasti sibuk dengan berbagai persiapan untuk Taraweh dan masak untuk Sahur di hari pertama. Bukan hanya mempersiapkah makanan dan bangun pagi- pagi yang lebih utama adalah persiapan mental untuk mengarungi puasa hampir sebulan penuh. Ini adalah kegiatan rutin umat Islam.

Umat non muslim seperti saya sangat mengerti akan bahwa hari pertama puasa merupakan ujian berat yang bisa dilalui, puasa tidak makan sampai senja tiba, juga menahan diri untuk tidak marah, tidak melakukan tindak kekerasan, tidak mudah tersinggung, tidak mudah terprovokasi bila ada yang menggoda untuk melakukan pembatalan puasa. Sebagai warga negara di sebuah negara dengan mayoritas Islam, Kesadaran toleransi pasti harusnya sudah tertanam, bukan dipaksa melainkan sebuah kesadaran untuk menjaga kerukunan.

Masalah makan di luar pun pastor, pendeta maupun pemimpin agama lain selain muslim akan selalu mengingatkan untuk tidak lagi sembarangan makan sementara saudara muslim tengah menjalankan ibadah puasa. Bahkan kami pun dulu pernah mengikuti puasa pada awal - awal puasa. Kalau menahan diri tidak makan dan minum sebetulnya tidaklah terlalu berat, yang berat adalah ketika menahan godaan untuk tidak membuat orang lain marah, atau menahan diri untuk tidak membuat sindiran dan gurauan tentang kelemahan agama orang lain. Setiap orang pasti akan membanggakan agamanya sendiri, dan jarang yang demikian kritis terhadap agamanya sendiri.

Bahkan saat ini banyak orang sensitif jika berdebat masalah agama. Perdebatan di media sosial selalu ramai dan sampai muncul kata - kata emosional yang seharusnya tidak tertampilkan karena akan memicu perselisihan.

Semoga saja netizen berhenti berdebat, menahan diri untuk saling menghujat karena itu juga masuk dalam ritual puasa yaitu menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang memancing dosa. Agama tercipta salah satunya adalah untuk mengatur skap - sikap primordial manusia, mengendalikan sifat bar- bar dan bisa menahan diri untuk melakukan tindakan saling bunuh. Masyarakat atheis yang tidak percaya Tuhanpun punya rambu - rambu alam  tidak sembarangan membunuh demi ego diri sendiri, apalagi yang mempercayai jalan keselamatan sesuai ajaran agama, pasti akan bijak untuk tidak melakukan kekerasan. Sebab agama akan melarang untuk menyerang atau menyiksa manusia lain.

Ajaran kasih sebagai ajaran universal pada setiap agama apapun yang lahir di muka bumi. Bahkan aliran kepercayaan yang tidak diakui agamapun mempunyai ajaran kasih, meskipun tidak secara nyata mengakui Tuhan secara terbuka seperti agama - agama yang diakui pemerintah.

Maafkan kami bila dalam diskusi diskusi sering tidak mengerti mengapa lahirnya teroris selalu selalu berhubungan dengan radikalisasi dari ajaran Islam. Pada agama kamipun radikalisasipun mungkin ada di negara - negara mayoritas seperti Philipina, Amerika, Sebagian Eropa. Tapi ketika pemimpin umat dalam hal ini pastor dan pendeta selalu menekankan akan pentingnya kerukunan, mengampuni meskipun selalu diserang dan dijadikan sasaran korban pemboman bunuh diri, maka kami berusaha keras untuk memaafkan mereka yang telah salah jalan dalam memahami ajaran agama.

Banyak pemimpin agama yang mempunyai wawasan luas dan melihat kedalaman ajaran agama akan selalu mengajarkan kasih dan mengedepankan perdamaian. Akan selalu dicari jalan terang untuk menghindari kekerasan daripada mengambil jalan radikal dengan memusnahkan ajaran yang berbeda.

Semoga di setiap tarawih, setiap khotbah Jumat, khotbah menjelang Sahur selalu ditanamkan untuk bisa menahan diri bukan hanya makan minum tetapi juga menghentikan untuk menghujat, menebarkan ujaran kebencian, mengobarkan api peperangan terhadap keyakinan lain karena ajaran yang dimaknai lain oleh orang - orang yang lebih mengedepankan penyeragaman agama, kurang menghargai perbedaan.

Kami akan selalu ingat di bulan puasa ini, menghormati dan berusaha mendukung upaya kebaikan agama untuk melakukan kontemplasi, kembali ke diri sendiri, kembali introspeksi. Puasa itu seperti kontemplasi, menahan diri, melakukan koreksi atas dosa - dosa yang sudah dilakukan sebelumnya, semacam pertobatan yang juga dimiliki juga pada agama - agama Cuma berbeda istilah dan bentuk ritualnya.  Semoga Umat Islam lebih mendalami lagi ajaran Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. 

Dan para pemuka agama yang hijrah dari agama lain lebih bijak untuk tidak melakukan provokasi membenci bekas agama lamanya, demi mendapatkan sejumlah follower dan mendapat pengikut. Sebab, apapun setiap agama selalu ada kekurangan dan kelebihannya.

Selamat menjalankan  Ibadah Puasa. Kami menghormati bulan Suci Umat Muslim. Semoga sukses menjalankan puasa sampai Lebaran tiba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun