Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Haruskah Menulis tentang AHY?

4 Februari 2021   15:40 Diperbarui: 4 Februari 2021   15:46 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompas.com/antara foto/ Muhammad Adimaja

Namanya berita viral, para penulis yang jeli pasti memanfaatkan sensasi berita tentangAgus Harimurti Yudhoyono ( AHY ) yang tampaknya cukup panik ketika Demokrat digoyang isu bahwa ada orang dalam istana kepresidenan mau mengadakan KLB dan meng kudeta kepengurusan resmi Agus Harimurti Yudhoyono sebagai sebagai ahli waris sah partai berlambang mercy tersebut. Lalu haruskah saya ikut menulis dan menggoreng beritanya.

Kalau saya sih membacanya dan menganalisis beritanya beda. Saya lebih mencoba menulis dan mengulik dengan sudut pengamat bodoh yang sedang belajar politik. Sebetulnya saya tidaklah buta - buta amat pada politik, tapi memang sempat kesal dan masa bodo ketika pemilihan calon Presiden semasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bahkan saya tidak memilih beliau karena berbagai alasan meskipun akhirnya beliau menjadi presiden ke 6 selama dua periode.

Saya memang sempat terkesima dengan bahasanya yang runtut, dengan ekspresi terjaga, tapi tidak berarti saya menyukainya. Sejak itu persepsi tentang politik memang mengalami fluktuasi, kadang suka kadang biasa saja, kadang malah benar - benar benci. Berita tentang politik itu sampai puluhan tahun ke depan tetaplah menarik dan bikin orang pengin ikut andil untuk membahasnya. Tapi ya itu tadi karena politik itu ujung -- ujungnya adalah masalah kepentingan maka ya jangan terlalu fanatik mendukung tokoh -- tokohnya. Sebab mereka bisa saja hari ini protagonis, 5 tahun ke depan apakah ada jaminan sosoknya menjadi idola dan terus menjadi panutan.

Kekuasaan bisa merubah orang yang idealis, menjadi pragmatis. Yang idealis membela rakyat, namun karena ada partai, atau kelompok kepentingan ada permainan di dalamnya maka hanya sedikit orang politik yang tetap lurus. Lainnya ya busuk. Politik bisa mengubah yang menjadi idola menjadi loser. Harapan setinggi langit pada seorang tokoh namun seiring berjalannya waktu ternyata pemimpin masa depan itu tidak sesuai ekspektasi.

Tidak kurang apa jejak suksesnya seorang calon pemimpin masa depan seperti AHY. Ia termasuk militer dengan karier yang menjanjikan. Tampaknya bisa sampai ke pucuk pimpinan TNI kalau sabar meniti karier. Tapi karena hasrat politik, banyak yang menyayangkan ia hanya menapak sampai pangkat mayor. Lalu ia mencoba mengikuti jejak ayahnya, yang dulunya seorang presiden, menggantinya untuk memimpin sebuah partai.

Apa modal mayor untuk bisa memimpin para jenderal. Apa kelebihan AHY yang bisa membuat mantan menteri, mantan panglima harus berpaling dan menghormat dia sebagai calon pemimpin masa depan. Sungguh aneh nanti jika ia menjadi panglima tertinggi di Indonesia dengan pangkat terakhir Mayor. Kalau sipil sekalian yang tidak merasakan jenjang kepangkatan bisa merangsek menjadi panglima tertinggi tidak heran, banyak. Soekarno, Gus Dur, Megawati, Lha ini AHY yang pensiun dini dari militer, mencoba mengubah sejarah.

Ya, bisa saja sih kalau takdir dan ia memang digariskan menjadi pemimpin masa depan. Tidak salah sih menjadi pimpinan muda belia, tapi intrik -- intrik pasca kepemimpinnya akan jauh lebih rumit. Banyak Jendral karier dengan jenjang karier lebih menjanjikan, banyak perwira yang mempunyai kesetiaan sampai masa pensiun tiba, tapi akan lebih luar biasa jika seorang AHY bisa mengubah sejarah.

Saya sendiri kepada bapaknya pesimis, apalagi dengan masa depan anaknya. Bukan mengecilkan perannya dan kecerdasannya tapi sungguh berat perjuanganmu nak, Kau akan banyak melewati ranjau. Mungkin kamu memang layak jadi presiden tapi angin ribut, goyangan dari sekondan, dari militer yang menapak pelan dan akhirnya bisa mencapai tataran tertinggi kepangkatan TNI pasti akan bergejolak.Berkhayal saja layaknya film Mission Impossible yang dibintangi oleh Tom Cruise.

Pasti ada yang berpikir. Loh Aku jenderal kok harus mau diperintah oleh Perwira menengah berpangkat mayor bagaimana ceritanya. (maaf itu hanya imaji halu saya saja ).

Mulai saat ini Nak, AHY kamu harus kuat, harus laku prihatin agar perjalanan ke depan semakin menampakkan sisi cerah. Ini belum apa - apa, masih banyak badai lain yang akan menerpamu. Aku sih bukan pendukungmu, juga bukan pendukung lainnya. Aku hanya pemerhati, melihat gejolak politik dari sisi lain. Aku hanya merenung dan mencoba mengerti bagaimana sih politik. Jadi ingat buku sampul biru tulisan dari Mirriam Budiarjo tentang dasar - dasar politik, tapi saya sudah agak lupa detailnya, tapi pernah punya bukunya dulu ketika sempat kuliah Pemerintahan Desa di jurusan Sosiatri sebuah sekolah tinggi di Yogyakarta, sebelum berpaling dan berubah haluan sekolah seni rupa.

Yah, mencoba ikut masa meraba dan menganalisa peluang AHY di masa depan. Peluang sih masih ada, tapi yang jelas badainya akan lebih berat dari apa yang dialami Bapaknya. Sang pendiri Dinasti Cikeas. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun