Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Derita Guru Tanpa Kemerdekaan

29 Februari 2020   14:15 Diperbarui: 29 Februari 2020   14:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:tribunnews.com

Guru yang kena kasus itu hanya sebagian kecil dari jutaan guru yang masih mempunyai nurani, masih mempunyai rekam jejak baik yang mempunyai kontribusi besar terhadap pengembangan pengetahuan.Ada Pepatah mengatakan  Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga, kalimat ini persis muncul saat ini ketika banyak kasus yang melibatkan guru misalnya pelecehan seksual, kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya, karena kelalaian menyebabkan guru harus menjadi pesakitan di hotel prodeo.

Guru adalah pejuang tanpa tanda jasa. Memang salah satu kendala  banyak guru di pelosok pedesaan susah mengakses pengetahuan karena buku buku, internet dan komunikasi amat terbatas. Banyak guru yang masih mempunyai kepedulian untuk membangun manusia seutuhnya yang total melakukan pendekatan baik sebagai pendidik maupun berfungsi sebagai pengganti orang tua.

Seringkali masalah utama perekonomian juga menjadi tantangan bagi guru. Jika guru masih nyambi bekerja di profesinya sebagai guru karena dengan gaji guru saja tidaklah cukup untuk hidup bagaimana guru mengeksplorasi secara penuh untuk menambah kompetensi dengan membeli buku, membeli paket internet.

Guru masih disibukkan oleh urusan tetek bengek administrasi, masih harus berkeringat lagi selepas dari sekolah untuk menambah kepulan asap dapur. Masih ditambah oleh serangan orang tua yang menganggap yang dilakukan guru tidak maksimal.

Persoalan guru merdeka saat ini masih dianggap utopis. Semua guru menginginkan kemerdekaan dan mendidik dan mengajar tetapi banyak masalah birokrasi (kalau sekolah yayasan adalah tuntutan dari pengelola, pemegang saham yayasan yang menginginkan banyak hal dari guru).

Tantangan Berat Guru Merdeka di Era Milenial

Derita guru di zaman milenial saat ini lebih kompleks. Karena apapun gerak guru akan dipantau, disorot, salah sedikit menjadi viral dan kesalahan yang sebetulnya tidak besar dan masih kompromistis menjadi tragedi karena berita viral itu kadang seperti isu, seperti gosip yang akan menguntungkan satu pihak. Akhirnya guru jika lalai akan dianggap seperti narapidana, digunduli, dihukum sosial, dilecehkan profesinya dan akhirnya hanya menjadi penambal dari kegaduhan lain yang lebih memuakkan seperti kasus kasus korupsi, kasus mal praktik, kasus- kasus lainnya yang akhirnya menguap begitu saja.

Menjadi guru memang berat Mas bro, Kamu harus kuat memegang idealisme dan bijak dalam mendidik dan mengajar para siswanya, Sekali melakukan kesalahan namamu akan tercatat sejarah dan menjadi titik gelap kehidupan guru yang akan selalu menjadi sasaran empuk netizen. Dibotaki saja sudah malu apalagi digelandang sebagai pesakitan karena dianggap membunuh murid- muridnya. Sedangkan para koruptor masih bisa tersenyum mengenakan baju branded, bertampang klimis, rambut tersisir rapid an dipenjara dengan fasilitas wah, sambil tetap masih bisa mengundang pemijat dan ahli salon. Aduh dunia sekarang ini memang luar biasa anehnya.

Seorang mualaf lebih bisa dipercaya daripada pemuka agama yang sepanjang hidupnya belajar tentang agama, yang tidak mau terkenal dengan cara tipu- tipu gelar.Banyak orang lebih percaya dengan sosok yang mempunyai viewer jutaan dengan tingkah konyolnya daripada guru yang untuk membeli sepatu layak saja masih susah.

Guru kemerdekaanmu masih jauh jika orang tua masih lebih percaya kepada pengacara daripada pada guru yang sebetulnya menghukum hanya untuk menegur dan membuat jera murid agar tidak melakukan tindakan yang melawan peraturan. Tetapi sudahlah yang terbaik saat ini adalah membuat citra guru membaik agar masa depan negeri ini menjadi lebih terang dan pasti. Caranya dengan memberikan kesempatan guru belajar, menaikkan gaji guru yang masih dibawah standar dan meningkatkan kompetensi guru dengan aneka pelatihan yang mampu memberikan peningkatan kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan perkembangan jaman. Salah satunya adalah membangun budaya  literasi, menulis menyadarkan guru akan pentingnya membaca, bukan  karena terpaksa tetapi karena kesadaran membaca itu penting agar mampu mengikuti isu- isu terkini.

 Saya sendiri guru, masih banyak yang harus dibenahi dalam hal belajar dan mengajar, maka sayapun perlu terus belajar agar menjadi lebih baik. Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun