Â
"Rasanya cukup sudah saya menulis di kompasiana. Sudah berusaha rajin, sudah menghabiskan uang banyak tidak juga mendapatkan imbalan yang berarti. Putus asa. Begitulah kata Mak Romplah tetangga saya ketika melihat gorengan tahunya hanya laku tiga."
Sebetulnya sudah lama ingin curhat pada Mas Warso tentang kegalauan saya tetapi menunggu kang Warso seperti menunggu kereta lewat di stasiun Blabak dekat Borobudur (sampai tahun jebot juga tidak akan lewat kereta karena jalurnya sudah ditutup). Sudah ratusan artikel, gabung bertahun tahun tidak juga mendapatkan keberuntungan mendapatkan reward. Malahan mereka yang baru bergabung beruntung mendapat reward dengan sering menang lomba. Kurang apa saya coba, rajin ya cukupanlah, setia ya setialah tetap saja keberuntungan menghampiri.
Apakah saya harus mendekati adminnya merayunya supaya memperhatikan tulisan- tulisan saya.
"Eh ente siapa merayu untuk mendapatkan perhatian. Kalau mau berprestasi ya harus bekerja keras, rajin menulis, meningkatkan kualitas dengan membaca, bergaul, dan tentu rajin mengikuti lomba. Kalau Cuma plonga- plongo sambil nonton sinetron dan mimblik- mimblik saat menonton film India ya jangan harap dapat hadiah."Begitu Admin berujar. Wah saya sakit hati pada kata- kata barusan.
"Njenengan tahu setiap hari aku mesti harus merayu adikku untuk minjam laptop demi menulis satu artikel, e lhadalah njenengan kok nylekit gitu"
"Lah ente yang berusaha membuat kami tidak independen. Kualitas tulisan dan siapa yang menentukan pemenang lomba bukan kami yang menentukan tapi para pembaca dan juri yang kami tunjuk."
"Tetapi seharusnya njenengan harus  mempertimbangkan kesetiaan penulisnya. Sudah berapa lama gabung, sudah berapa biaya yang dikeluarkan untuk menulis tanpa bayaran apapun."
"Lha jika rajin sekarang khan sudah ada program reward. Anda bisa dapat bayaran lewat go -- pay, apa itu tidak cukup."
"Ya tidak cukuplah Mas Bro anda itu suka bercanda. Pinjam laptop ini juga ada syaratnya. Saya mesti membelikan adik Mie Ayam. Coba berapa kali saya nraktir agar dipinjamkan laptop. Njenengan tidak tahu khan?!"
"Kenapa kami harus ngurusi pinjam meminjam itu khan derita ente."