Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelawak Nurul Qomar, Antara Ambisi dan Tragedi Pendidikan

28 Juni 2019   09:08 Diperbarui: 28 Juni 2019   09:36 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com

Anggota grup lima sekawan itu mengawali karier sebagai guru dan kemudian lebih aktif sebagai pelawak yang terkenal sekitar era 80 - 90 an. Dilihat dari rekam jejak karier sebetulnya sebuah peningkatan. Sebab ia juga pernah menjadi wakil rakyat selama dua periode.

Ambisi Mengorbankan Idealisme Pendidikan

(NQ) adalah salah satu pelawak yang berangkat dari kaum yang melek pendidikan. Lulus pendidikan guru (S1) dan membuat lelucon/ komedi yang cukup cerdas pula. Dari tampangnya memang sudah lucu. 

Sayangnya ketika usia senja dan sudah pensiun menjadi wakil rakyat ia tersandung pemalsuan ijasah. Tragedi yang mencoreng ambisi dan mempermalukan dunia pendidikan kalau terbukti secara sengaja memalsukan ijazah.

Saya percaya bahwa dari penampilan dan kapasitas intelektualnya saat bicara ia sudah melewati pendidikan pasca sarjana, tapi ternyata dari UNJ tempat NQ menimba ilmu ia belum pernah terbukti lulus S2 dan S3 sebagai syarat menjadi rektor. 

UMUS (Universitas Muhadi Setiabudhi) Brebes menggugat pemalsuan ijazah dan NQ pun akhirnya terseret kasus yang membuat institusi pendidikan ikut terguncang. Betapa demi ambisi menjadi rektor seseorang yang notabene baru setingkat S1 sengaja memalsukan SKL (Surat Keterangan Lulus).

Saya menjadi pengin tahu bahwa banyak Doktor dan lulusan pasca sarjana yang dengan bangga mencantumkan di depan atau belakang namanya dengan gelar mentereng Dr, MSc, MPd dan sebagainya apakah mempunyai kapasitas intelektual sebanding dengan gelarnya. 

Saya sendiri menjadi sarjana saja tertatih- tatih meskipun akhirnya lulus dengan biasa saja, tapi yang membanggakan dari saya adalah bahwa meskipun tidak sementereng teman- teman yang lulus sarjana dan pasca sarjana saya mempunyai tradisi yang baik sebagai orang yang pernah melewati pendidikan sarjana yaitu menulis. 

Saya sering mendengar banyak pasca sarjana dan sarjana mempunyai kemampuan rendah dalam hal literasi. Ketika lulus sarjana banyak mahasiswa membuat skripsi, karya tulis karena kewajiban untuk memperoleh nilai maksimal. Selanjutnya ketika sudah lulus kemampuan menulis tidak lagi digubrisnya dan dunia literasi ditinggalkan.

NQ mungkin sarjana berprestasi tetapi ketidakjujuran pada rekam jejak pendidikannya membuat ia mempermalukan diri sendiri. Kalau ia jujur bahwa kualitas dirinya bukan ditentukan semata oleh gelar yang melekat tetapi karena kemampuan intelektual sehingga meskipun tidak menjadi sarjanapun bisa diberi gelar profesor asal mempunyai kecakapan khusus yang diakui dunia akademik.

Nurul Q omar mungkin menganggap bahwa gelar doctor cukup dicapai dengan membeli, bukan dengan meraihnya lewat proses pendidikan berjenjang dan ada bukti otentik bahwa ia bisa melewati tahapan ujian itu ditempat belajar terbukti dengan telah dikeluarkannya SKL atau bisa menunjukkan ijasah resmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun