Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis yang Utama, Populer Belakangan

9 November 2017   07:31 Diperbarui: 9 November 2017   07:35 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulislah dulu populer akan mengikuti(Viva.co.id)

Bolehkah sedikit nyinyir di edisi menulis kali ini. Jauh dalam hati saya bertanya pada diri sendiri. Sampai seberapa populerkah dirimu sejak kamu rajin menulis. Entah, tapi saya kira sejak  menulis di Kompasiana, di Indonesiana, di blog lain, selasar dan blog pribadi saya menjadi lebih populer. Ribuan pembaca menyerbu artikel yang di post kompasianer, Indonesianer, selasares menjadikan penulis  semakin moncer dan berada di awang-awang.

Semua orang jujur berharap populer, terkenal, dikenal dan diperhitungkan sebagai penulis yang mahir meracik cerita hingga nge hits.Kalau belum juga beruntung juga jangan putus asa, masih banyak jalan menuju kesuksesan menjaring simpati pembaca. Kenapa ada penulis yang tingkat keterbacaannya tinggi dan dikoment oleh banyak kompasianer. Salah satu indikatornya adalah penulis itu rajin silaturahmi ke lapak-lapak kompasianer dan memberikan votenya secara cuma-cuma. Kemungkinan lain karena artikel artikelnya yang mudah menimbulkan ledakan komentar dan rasa penasaran pembaca.

Kriteria tulisan Populer

Lalu kriteria apa sih yang membuat artikel dan tulisan anda menjadi populer.

Buatlah artikel kontroversi yang mudah menimbulkan konflik of interest, mudah menimbulkan polemik dan sasaran tembak pembaca kritis.

Isu-isu politik terkini mudah mengundang masuk pembaca yang satu diantaranya penasaran dengan judul yang menarik ( menarik untuk diperdebatkan, menarik untuk dibaca, menarik untuk dikomentari, menarik untuk dibully ).

Ada yang nyinyir ternyata tulisan populer tidak semuanya bermutu dan berkualitas. Mungkin segmen pembaca kompasiana tidak sama dengan pembaca koran Kompas. Pembaca Kompas jelas adalah mereka yang senang berpikir, suka menganalisa dan suka menelaah pengetahuan secara mendalam, sedangkan pembaca kompasiana adalah mereka yang senang dengan gosip-gosip politik, berita kontroversi dan obrolan ringan-ringan saja. Karya- karya para penulis kompasiana tidak perlu melalui proses editing yang ketat sehingga tulisan apapun baik yang bermutu maupun yang baru belajar bisa masuk dengan mudah. Penilaian real adalah tingkat keterbacaan dan popularitasnya. Terkadang tulisan dengan kualitas bagus dan berbobot harus rela mengalah karena hanya sedikit yang membacanya. Kemungkinannya adalah pembacanya tidak mau terjebak pada 'berpikir berat" atau ada kemungkinan segmen pembaca kompasiana adalah mereka yang senang dengan bacaan-bacaan hiburan yang tidak perlu high quality,tapi nyaman di baca di kala senggang.

Salah satu faktor  yang membuat tulisan populer adalah karena jalinan relasi, entah  hubungan pertemanan di media sosial (facebook, twitter, Path, Instagram ) atau karena seringnya penulis memberikan vote dan memberi komentar pada artikel sesama kompasianer. Salah satu perbedaan artikel di koran dan artikel di media sosial adalah:

 Di Media mainstream semacam koran dan majalah susah mengukur seberapa banyak keterbacaan artikel yang telah di muat di media massa tersebut. Sebab koran atau majalah yang laku belum tentu mengindikasikan bahwa artikel yang ditulis itu terbaca.Meskipun secara pasti semua orang mengetahui bahwa artikel yang dimuat di Kompas atau media lain sudah melewati tahap editing, editorial, seleksi artikel hingga pas  dengan tema yang akan dipublikasikannya.

Sedangkan media sosial, disamping artikel, judul dan bahasannya menarik faktor lain adalah  adalah keaktifan penulis untuk membaca artikel- artikel yang tayang dan rajin nge- like(vote) serta memberi komentar. Relationship itu memberi keuntungan pada tingkat kunjungan sebuah karya tulis yang telah dipublish, apalagi jika artikel itu menimbulkan polemik dan menjadi viral.

Dulu penulis sering membaca tulisan-tulisan Pakdhe Kartono yang sempat booming dan populer. Setiap tulisan Pak Dhe Kartono muncul, komentar dan yang nge-vote bejibun, sekarang banyak penulis yang tingkat keterbacaaanya tinggi misalnya Ikhwanul Halim, Yon Bayu, Lohmenneinjelen, Bambang Setyawan, dan penulis penulis yang memilih jalur politik dan segala kontroversinya. Apalagi tulisan yang memberi respon negatif dan layak dikomentari. Di Jalur Fiksiana sungguh sebuah pencapaian gemilang ketika Ikhwanul Halim yang sering menulis cerpen dan fiksiana, viewer sampai mencapai ribuan setiap kali tayang. Sedangkan Bambang Setyawan sering mendapatkan Headline karena seringnya membuat tulisan Human interest,dengan nilai jurnalisme tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun