Mohon tunggu...
Dwi Anggarani
Dwi Anggarani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Seorang Wanita

25 Agustus 2016   18:25 Diperbarui: 25 Agustus 2016   18:37 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

wanita dijajah pria sejak dulu….”

“dijadikan perhiasan sangkar madu…”

Inilah penggalan lirik lagu Sabda Alam yang lekat benar dalam ingatanku.  Sebuah lagu karya Ismail Marzuki yang usianya sudah sangat tua. Lagu yang mengisahkan tentang  kelemahan dan ketidakberdayaan wanita.

Wanita adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sejak dulu digambarkan sebagai makhluk yang lemah, penuh kelembutan, menarik dan juga penuh misteri. Banyak hal yang tidak mungkin terjadi akan tetapi bisa dilakukan oleh seorang wanita yang lemah dan lembut itu. Wanita bisa menjadi sosok yang sangat kuat dan sangat tangguh, menjadi sekuat karang dan setangguh gunung es. Di dunia ini, segala sesuatu yang indahpun sering kali diidentikkan dengan wanita. Wanita diibaratkan dengan bunga, sesuatu yang indah, cantik, berseri, harum dan menyegarkan. Karena keindahannya ini banyak pula para lelaki yang pada akhirnya bertekuk lutut di sudut kerling wanita.

Sejak dulu, wanita selalu dikatakan penuh misteri, wanita selalu menarik untuk diperbincangkan, wanita selalu menjadi  bagian  sejarah  dalam setiap perjalanan jaman. Beberapa mitos dan cerita tentang wanita hampir selalu ada di setiap penjuru dunia. Dalam budaya Thailand misalnya, terdapat sebuah mitos tentang pohon ajaib yang buahnya menyerupai tubuh sorang gadis. Mereka menyebut buah tersebut dengan nama “makalee pon”, yang artinya : wanita yang terlahir dari sebuah pohon di hutan himmapen. Hutan himmapenadalah hutan hunian atau hutan jin. Konon katanya kerika buah ini jatuh ke tanah, ia akan berubah menjadi seorang wanita. Dan dalam mitos agama Budha di Thailand, wanita-wanita inilah yang kelak akan  menjadi istri-istri para pertapa.

Di dalam kehidupan, wanita memang selalu bisa menjadi peran utama yang baik. Seperti diceritakan pada jaman Nabi Sulaiman dimana ilmu sihir masih banyak dipergunakan, nabi pernah digoda oleh bangsa jin untuk menanam sebuah pohon di istananya. Dikatakan oleh jin bahwa pohon itu memiliki buah ajaib, yang apabila buahnya sudah masak dan ranum akan berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Namun nabi menolak bujukan itu karena nabi mengetahui bahwa pohon itu adalah hasil sihir jin yang bisa menimbulkan dosa besar.

Telah terukir dalam sejarah bahwa beberapa wanita cantik dan tangguh pernah memperkokoh kejayaan  Indonesia, seperti Gayatri Rajapatni. Dia terkenal sebagai ibu suri  Kerajaan Majapahit  semasa putrinya Tribuwana Wijayatunggadewi naik tahta. Beliau berperan sebagai penasihat spiritual untuk raja raja Majapahit hingga akhir hayatnya. Begitu pula dengan Tribuwana Wijayatunggadewi. Dibalik kecantikan dan kelemah lembutannya, ia mampu membuktikan dan mempertahankan keutuhan Kerajaan Majapahit, dan berandil besar dalam membawa kerajaan Majapahit menguasai hampir seluruh Nusantara.

Dan mungkin pada jaman sekarang banyak wanita yang harus  ikhlas menjalani kenyataan hidup seperti ini. Cermin peran wanita  sebagai seorang ibu rumah tangga telah banyak berubah. Setiap hari seorang ibu dari tiga anak itu harus berjuang bekerja seorang diri dengan menempuh perjalanan selama 4 jam pulang  pergi mengendarai  sepeda  motornya untuk bisa menghidupi keluarganya, menyekolahkan putra putrinya sekaligus  mendidik dan menjaga buah hatinya. 

“Permasalahan hidupku berat, tapi Insya Allah aku bisa melewatinya dengan baik”  katanya. “Alhamdulillah, Allah masih menyayangiku, aku masih  dipercaya  dan diberi kekuatan untuk bisa mencari nafkah bagi anak-anakku meski hampir setiap hari tensi dan kolesterolku tinggi. Rasa sakit, lelah dan pusing selalu terkalah dengan semangat hidupku. Perjalanan yang jauh, panas, gelap, hujan dan petir  bukan lagi halangan bagiku.  Kasihan anak-anakku, aku harus berjuang, melindungi dan menata mereka untuk bisa memiliki  masa depan yang baik.”  Seperti inikah cermin  peran dan  perjuangan seorang ibu  yang hatinya dilukai dan terpaksa harus menjadi single parent  pada era sekarang ini ?  Subhanallah, semoga  Allah SWT selalu memberinya kekuatan dan menerima amal ibadahnya.

Dalam etimologi jawa, kata wanita berasal dari frasa “wani ditoto” atau berani diatur. Sebutan wanita disini dimaknai berdasarkan kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada lelaki sesuai dengan perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Sementara itu menurut bahasa Sansekerta kata perempuan muncul dari kata “ per-empu-an”. “Per” memiliki makna makhluk dan “empu” artinya mulia, tuan atau mahir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah makhluk yang mulia atau makhluk yang memiliki kemampuan.

Apapun mitos, cerita, peran  dan bahasan tentang wanita, yang pasti wanita telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang mulia. Wanita diciptakan untuk menjalani kodratnya sebagai ibu, yang ditakdirkan  untuk mensyukuri rasa sakit saat melahirkan, mendidik dan menyayangi manusia hingga akhir jaman. Kehangatan dan kenyamanan adalah sifat wanita secara umum. Seorang anak yang menangis akan merasa nyaman ketika sang ibu memeluknya, memberikan rasa hangat, nyaman dan menentramkan hati. Bahkan sampai setua apapun kita, kita masih ingin merasakan belaian kasih sayang ibu. Dan inilah salah satu keajaiban dan kemuliaan wanita.

Ibu, ibu, ibu. Ibu adalah wanita. 

Surga di bawah telapak kaki ibu. 

Wanita adalah tiang negara. 

Kata kata itu hanya dipersembahkan untuk wanita. Ternyata di balik kelemahan fisik wanita tersimpan kekuatan gaib yang maha dahsyat yang telah dirahmadkan Allah untuk wanita. Ibuku yang pintar dan penyabarpun pernah menasihati aku. “Menjadi wanita harus bisa seperti pohon,” kata beliau. Dan ketika aku menjalani kenyataan dalam kehidupan ini, peran untuk bisa menjadi seperti pohon ternyata benar-benar harus bisa aku jalani. Nasihat ini selalu memberiku kekuatan dan semangat untuk terus berjuang dengan keikhlasan. “Lihatlah pohon !” kata beliau saat itu. “Dia selalu meneduhkan. 

Dia selalu tumbuh dengan sabar, perlahan tanpa ada batas waktu. Dia selalu bisa menyesuaikan diri dimanapun dia tumbuh.  Apapun kondisinya, oksigen selalu  disedekahkan untuk sekitarnya. Semua bagian dari pohon bisa bekerjasama dengan baik, penuh  rahmad  dan keikhlasan tanpa pernah ada yang mengeluh. 

Akarnya berfungsi menyokong berdirinya tumbuhan, dia harus kuat dan kokoh  meski diterjang angin kencang. Batang pohon sebagai penghubung antara akar dengan tajuk pohon. Daun selalu berisi klorofil yang berfungsi menyerap sinar matahari untuk diolahnya menjadi energy dan gula. Ketika dia berbunga, bunganya tampak cantik dan indah. Ketika ada penyerbukan bisa menghasilkan buah. Buahnya akan dinikmati manusia. Dia selalu ikhlas, penuh kesabaran, selalu berjuang dan bermanfaat sampai akhir hayatnya.”

Mungkin seperti itulah cermin untuk menjadi seorang wanita. Makhluk Allah yang ditakdirkan penuh dengan kemuliaan. Makhluk Allah yang selalu diselimuti dengan  keindahan rahasiaNya. Di dalam kemuliaannya harus ada  keihlasan dan kesabaran. Di dalam kelembutan dan kelemahannya, wanita harus mampu melindungi, memberikan kasih sayang dan memberikan manfaat untuk keluarga dan sekitarnya.  

Wanita harus sehat dan kuat secara mental dan fisik, karena dia juga diibaratkan menjadi akar sebuah pohon, tidak goyah meski diterpa angin yang kencang. Wanita harus cerdas, cerdik dan pandai karena dia harus mampu mengatur dan mengendalikan berbagai hal untuk  putra putrinya, keluarga dan  lingkungan sekitarnya. Ibarat  daun, wanita harus  selalu tabah dan selalu bisa memberi semangat.  Semua wanita di dunia ini selalu dipuji dengan sebutan cantik, seperti cantiknya sekuntum bunga, karena memang benar wanita adalah makhluk yang cantik, makhluk yang dirahmati dengan kasih sayang, ditakdirkan untuk mengandung, melahirkan, mengayomi, serta mendidik untuk menjadi  insan yang beriman, kokoh dan tangguh.

 Jadi, wanita harus  bisa menjadi perempuan, yaitu makhluk yang mulia, makhluk yang dianugerahi kemampuan luar biasa. Subhanallah…., Alhamdulillah…, bersyukurlah menjadi seorang wanita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun