Mohon tunggu...
dwi nesa maulani
dwi nesa maulani Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas penulis jombang

Mengubah dengan pena

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gencarkan Pariwisata untuk Meningkatkan Perekonomian, Mampukah?

13 Februari 2020   04:55 Diperbarui: 13 Februari 2020   04:56 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa tahun terakhir ini dunia pariwisata kian digencarkan. Pemerintah memang memberikan perhatian khusus untuk mengembangkan pariwisata karena dianggap mampu menyumbang devisa negara dan membantu mengatasi masalah ekonomi.

Kebetulan di daerah saya tinggal di kota santri Jombang juga banyak dibangun obyek wisata baru, ibarat jamur yang bermunculan di musim hujan. Total ada 43 destinasi keindahan alam yang bisa kita kunjungi mulai dari waduk, pegunungan, goa, air terjun, dan lain-lain.

Jumlah yang wow bukan untuk selevel kabupaten kecil? Kalau jumlah obyek wisata yang tercatat di wikipedia ada 962 yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Itu belum jumlah yang belum tercatat.

Selain itu, promosi destinasi wisata juga semakin meningkat dan berkembang. Contohnya dengan menyusun dan membuat paket wisata dan rute-rute pariwisata yang ada di Indonesia. Belum lagi 'promosi wisata gratis' dari para netizen yang hobi meng-upload kegiatan wisata mereka di dunia maya.

Disertai foto-foto tempat wisata dan caption yang apik dan menarik. Tentu yang melihat akan tertarik. Sehingga banyak masyarakat kita yang rela mengubah pola konsumsinya, mengurangi biaya hidup untuk berwisata.

Hal ini juga dirasakan ibu-ibu penjual sayur keliling di sekitar tempat tinggal saya. "Jualan sekarang sepi..orang-orang pada belanja sedikit..senangnya kalau punya uang untuk rekreasi" curhat si ibu.

Mengapa pemerintah sangat serius menggarap sektor pariwisata? Sesuai pernyataan Amalia Adininggar Widya Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan bahwa di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sektor pariwisata dapat menjadi kunci pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Bu Amelia juga menjelaskan kalau salah satu "jalan pintas" yang bisa digunakan untuk menyelamatkan devisa negara adalah lewat sektor pariwisata. "Analisis sementara menunjukkan industri pariwisata tidak terpengaruh oleh perang dagang. Meski sedang terjadi perang dagang, orang-orang tetap berwisata," papar Amelia dalam siaran persnya, Sabtu (29/06/2019).

Terlepas dari tujuan baik pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kiranya kita semua perlu memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari penggencaran wisata ini.

Memang benar pariwisata dapat menyumbang devisa negara, menyediakan lapangan kerja bagi penduduk lokal, dan uang hasil pariwisata dapat digunakan untuk membangun infrastruktur seperti jalan, bandara, dan fasilitas lain yang bermanfaat bagi wisatawan dan warga sekitar. Namun kita perlu memperhatikan dampak lain yang ditimbulkan dari adanya pariwisata, di antaranya:

1. Uang hasil pariwisata hanya sedikit yang masuk ke kas negara. Lalu kemana larinya uang tersebut? Tidak lain ke pengelola hotel, penerbangan, dan agen liburan.
2. Pekerja lokal hanya mendapatkan upah sedikit dengan beban pekerjaan yang berat.
3. Banyaknya wisatawan berarti banyak pula sampah yang masuk. Kalau itu tidak dikelola dengan baik maka akan mencemari lingkungan.
4. Investasi asing seperti investasi hotel mewah akan mendapat keuntungan dari wisatawan lokal dan mancanegara. Berarti uang dari wisatawan akan lari ke negara asal investor.
5. Kerusakan lingkungan sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur.
6. Pengalihan fungsi lahan dari pertanian dan perkebunan ke fungsi lain akan menurunkan produksi pertanian dan perkebunan.
7. Perubahan gaya hidup dan cara berpakaian masyarakat lokal meniru wisatawan asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun