Mohon tunggu...
Dur Rofik
Dur Rofik Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menjadi Pemuda yang Berkompeten

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Terhambatnya Jalur Perdagangan Internasional Akibat Pendemi

27 Januari 2021   14:53 Diperbarui: 27 Januari 2021   14:54 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah pandemi corona virus ini, banyak hal yang sangat memprihatinkan misalnya kelangkaan barang-barang seperti beberapa produk pangan, kesehatan, maupun makanan dan minuman. Sebagai Negara berkembang tentunya Indonesia bergantung kepada Negara lain, melalui perdagangan internasional untuk mengimpor dari luar dan sekarang kebutuhan komsumsi dan kebutuhan lainnya semakin meningkat ditengah pandemi ini. Sangat disayangkan saat ini berbagai regulasi dari perdagangan internasional menghambat yang berakibat pada kekurangannya pasokan dari produk-produk tersebut.

Apa saja tantangan perdagangan internasional yang dihadapi Indoneisa di tengan pandemi ini?

Kasubdit Agro Direktorat Pengembangan Ekspor Kementrian Perdagangan menjelaskan beberapa tantangan, diantaranya:

1. Perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global. Mengingat pandemi ini membuat sikap konsumen lebih selektif akan keamanan pangan dan higienis menjadi prioritas. Serta, pandemi ini membuat sistem perdagangan harus bertransformasi dalam ekosistem digital.

2. Proteksionisme perdagangan dan meningkatnya hambatan perdagangan diantaranya pemberlakuan tarif oleh Negara mitra dagang, kewajiban lisensi impor dari Negara mitra dagang dan sustainable issues (yang mana produk ekspor harus bersifat ramah lingkungan

3. Perundingan kerjasama yang dilakukan oleh Negara yang berkepentingan menjadi sulit terselesaikan.

dan hal itu sangat Menghambat dalam hubungan kerja sama untuk suatu negara, karena dalam mengirimkan barang dari satu negara ke negara yang lain sangat dibatasi dan banyaknya peraturan dalam kegiatan tersebut.

Kelangkaan bahan pangan menjadi permasalahan serius dalam masa pendemi ini, dan di beberapa negara masih diberlakukan masa lockdown yang merugikan banyak pihak karena banyak sekali masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan yang kurang dari biasanya.keputusan negara untuk menerapkan pembatasan ekspor (export restrictions) demi melindungi pasokan domestik turut menambah kompleksitas permasalahan. World Trade Organization mencatat 80 negara dan otoritas kepabeanan telah menerapkan export restrictions atas perlengkapan medis, bahan pangan, serta kertas toilet termasuk didalamnya negara-negara yang menjadi 'lumbung' pangan dunia seperti Rusia, Vietnam, dan Argentina.

Dari sisi permintaan (demand), perubahan preferensi konsumsi akibat Covid-19 menyebabkan mismatch antara penawaran dan permintaan. Untuk makanan, misalnya, studi terbaru dari Food and Agriculture Organization menemukan peningkatan minat konsumen terhadap produk makanan yang memiliki cangkang atau kulit serta dikemas dengan rapat.Bahkan, konsumen di beberapa negara tidak segan untuk menolak produk makanan yang berasal dari Tiongkok. Selain itu, kebijakan lockdown mengharuskan pemerintah menutup pasar tradisional sehingga membatasi akses konsumen terhadap bahan pangan yang mengakibatkan peningkatan food waste, karena itu  pemerintah perlu segera melakukan langkah strategis untuk meminimalisir dampak disrupsi perdagangan sekaligus mencegah krisis pangan yang ada diindonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun