Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kaum Milenial Target Kejahatan Digitalisasi Perbankan

14 Juli 2020   13:58 Diperbarui: 14 Juli 2020   14:01 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebetulnya, enggan menuliskan ini, kasusnya sangat sensitive,  bank mana pun yang mengalami tidak akan menjadikannya viral atau terekspose ke media. Karena menyangkut reputasi bank serta akan meresahkan masyarakat. Namun, sebagai orang tua yang memiliki anak-anak remaja, saya dapat membayangkan bagaimana perasaan orang tua yang anaknya tersandung di kasus seperti ini. Sehingga dengan sangat hati-hati dan berkali-kali membaca jalinan diksi di tulisan ini barulah berani mempostingnya.

Di era teknologi digitalisasi yang saat ini sedang gencar dikembangkan oleh perbankan, membuat transaksi digital semakin meningkat tajam dan mengalihkan perkonomian pada penggunaan uang elektronik yang tidak lagi berbentuk phisik.

Aliran-aliran keuangan mengalir deras dari rekening ke rekening, bahkan nomor hape pun dapat berfungsi sebagai nomor penampungan uang elektronik yang biasa digunakan untuk produk LinkAja, Qris, QR  dan lain sebagainya.

Maraknya produk perbankan yang menggunakan nomor hape sebagai tempat menampung uang elektronik membuat peluang kejahatan dibidang teknologi perbankan juga semakin pesat. Semakin canggih produk digital teknologi yang diluncurkan sebuah bank,  semakin canggih pula para pelaku skimming atau penjahat perbankan menciptakan alat-alat skimming maupun cara-cara dalam melakukan skimming.

Beberapa hari ini meski tidak terekspose tapi perbankan sedang mengalami kerugian besar akibat ulah para pelaku skimming yang memanfaatkan anak-anak milenial untuk menarik sejumlah uang di mesin ATM  maupun di kantor bank dari transaksi yang masuk ke rekening mereka. Celakanya lagi, anak-anak milenial inilah yang berhasil ditangkap, sementara otak pelaku tetap berkeliaran karena mereka tidak terlacak.

Kenapa susah melacak pelakunya? Pelaku skimming sangat mafhum bahwa kejahatan yang menggunakan teknologi perbankan  mudah terlacak, karena jejak digitalnya gampang terbaca, maka para pelaku menggaet pihak ketiga,  dalam hal ini biasanya kaum milenial yang tidak tahu apa-apa menjadi pilihan.  

  • Pelaku skimming tak akan menggunakan rekening sendiri atau apapun yang menunjuk pada identitas mereka untuk melakukan kejahatan. Oleh sebab itu dicari orang lain yang mudah dibujuk atau diiming dengan recehan. Target adalah kaum milenial yang suka nongkrong di caf, atau milenial yang senang bermain game online.

  • Proses pendekatan tidak terlalu lama, bermodalkan traktiran makan, minum dan berbincang dalam suasana akrab, kemudian setelahnya disambung dengan bermain game online, guna menjebak dalam alur permainan ini.

  • Kedekatan berlanjut dengan pembukaan rekening atas nama milenial tersebut, atau mendaftarkan nomor hape sebagai nomor LinkAja dan sejenisnya. Setoran awal untuk pembukaan rekening ditanggung oleh pelaku.  Bisa juga mereka meminta rekening yang sudah dimiliki, atau meminta untuk dijual ke pelaku. Apalagi saat ini bank-bank besar sudah mengembangkan pembukaan rekening secara online tanpa harus datang ke kantor bank, semakin memudahkan pembukaan rekening baru.

  • Khusus untuk jual beli rekening, mereka sudah melakukan pembiasaan dengan menawarkan penjualan rekening ke media sosial, sehingga bagi orang yang tidak mengerti akan mengikuti jejak tersebut, yaitu menawarkan rekening yang dimiliki untuk dijual di media sosial tanpa memahami resiko yang akan terjadi.

  • Setelah rekening dan nomor hape dikuasai, mulailah pelaku menjalankan aksinya. Dengan peralatan dan kemampuan teknologi yang canggih mereka dapat membobol rekening virtual milik bank, lalu dari rekening virtual tersebut mengalirlah dana ke rekening-rekening atau nomor HP LinkAja tadi. Setelah itu dimintanya kepada para pemilik rekening atau pemegang nomor HP LInkAja untuk mengambil uang tunai di ATM-ATM. Tanpa mereka sadari mereka sudah terlibat dalam suatu kejahatan besar yang kelak akan berakibat patal bagi kehidupan mereka sekarang dan di masa yang akan datang. 

  • Proses ini tidak akan merugikan para nasabah bank tersebut, karena uang yang ditransfer berasal dari rekening virtual yang merupakan rekening penampungan milik bank bukan milik nasabah, jadi nasabah bank tak perlu resah.

Dari penjelasan di atas, bertambah lagi tugas orang tua, tidak hanya mengawasi anak-anaknya dari bahaya narkoba, minuman keras dan kejahatan tradisional lainnya, tapi lebih hati-hati lagi mengawasi anak-anak remaja  supaya tidak mudah terbujuk dengan kebaikkan orang lain yang ingin memanfaatkannya sebagai kepanjangan tangan dari tindak kejahatan perbankan.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat dan anak-anak kita terhindar dari kejahatan-kejahatan yang tidak diinginkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun