Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sikap Islam dalam Kompetisi Meraih Kekayaan

28 Februari 2021   15:15 Diperbarui: 28 Februari 2021   15:38 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah mungkin kita menjadi orang terkaya di Indonesia? Bahkan orang terkaya di dunia? Bisa jadi, mulut kita mengatakan mungkin. Tapi hati belum yakin 100n masih meragukan apa yang kita katakan. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah SWT berfirman, bahwa "Aku menurut prasangka hamba-Ku." Jika kita berprasangka baik, maka Allah akan memberi kebaikan, demikian juga sebaliknya. Jika kita berprasangka bahwa Allah akan memberikan kita kekayaan, maka insya Allah akan diberikan. Jika kita yakin Allah maha Kaya, kita tidak perlu khawatir. Bagi Allah, sangat mudah membuat kita menjadi orang kaya atau sukses.

Allah adalah Ar-Razzaaq. Allah adalah Al Mu'thi yang Maha Pemberi. Karunia Allah meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta. Jika Allah berkata kun (jadilah) maka fayakun (jadilah ia). Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kita harus memiliki keyakinan yang utuh, jika Allah berkehendak, maka menjadi kaya adalah sebuah keniscayaan.

Persaingan dalam meraih kekayaan atau kejayaan dunia di jaman milenial ini semakin ketat. Kompetisi yang sangat sengit itu membutuhkan inovasi, kreatifitas dan terobosan agar umat Islam mampu bersaing di dalam persaingan global. Umat Islam harus berjuang memenangkan kompetisi baik di dalam negeri, terlebih di percaturan dunia internasional. Dengan cara meningkatkan kompentensi, kualitas dan kapabilitas dalam berbagai bidang, khususnya ekonomi.

Peningkatan ekonomi dilakukan dengan menekan kemiskinan dan jumlah pengangguran. Jumlah angkatan kerja setiap tahun semakin bertambah banyak, tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Hal ini memicu pertambahan jumlah pengangguran. Di Indonesia, data yang tercatat pada BPS bulan Desember 2020, angka pengangguran mencapai 9,7 juta jiwa. Karena tidak terserap di dunia kerja, mereka pun bekerja di sektor informal.

Pengangguran terjadi karena banyak orang yang berpikiran bahwa mencari pekerjaan sekarang sangat sulit. Di samping persaingan yang ketat juga kebutuhan tenaga kerja tidak memadai. Banyak anak muda yang belajar keras hingga lulus sarjana, tapi masih harus berjuang menembus sengitnya dunia kerja. Umumnya orang mencari pekerjaan untuk mendapatkan gaji atau penghasilan. Sangat sedikit para pencari kerja yang memiliki motivasi selain hal tersebut.

Cara berpikir seperti itu harus diubah. Ketika seseorang melamar pekerjaan, sebaiknya dia menawarkan sesuatu, yang menjadi nilai tambah. Misalnya seorang sarjana akuntansi yang sudah mempelajari ilmu akuntansi dan sebagainya seyogyanya dia membuat riset atau penelitian terhadap produk sebuah perusahaan. Kemudian dibuat konsep marketing agar omset/ penjualannya meningkat. Konsep tersebut lalu ditawarkan kepada perusahaan yang bersangkutan. 

Dalam presentasi kepada manajemen, disampaikan secara teknis apa yang mesti dilakukan perusahaan untuk mencapai target tersebut. Bahkan lebih elegan, bila dia berani menggaransi, jika konsep tersebut diterapkan namun dalam tempo yang ditentukan, target tidak tercapai, maka ia rela tidak mendapatkan bayaran.

Dengan model penawaran seperti itu, perusahaan sangat sulit menolak tawaran tersebut. Apalagi jika perusahaan tersebut omsetnya sedang turun. Seseorang datang ke perusahaan bukan melamar kerja, tetapi menawarkan kerjasama. Jika sukses, hasilnya akan lebih besar ketimbang menjadi karyawan. Mindset wirausaha inilah yang harus ditanamkan kepada generasi muda sekarang. Kesuksesan dimulai dari mindset. Jika mindset sudah benar, maka pintu kesuksesan akan terbuka lebar, sehingga kita lebih mudah meraih kekayaan.

Kompetisi dalam kehidupan sangat ketat terkadang malah berlangsung tidak sehat. Namun begitulah watak manusia yang ingin selalu menang sendiri dalam mengarungi kehidupan. Hampir setiap hari kita melihat, mendengar atau mungkin kita sendiri menjadi salah satu kontestan dalam segala bentuk kompetisi kehidupan. Kompetisi dalam pekerjaan, ilmu pengetahuan, jabatan dan kompetisi keduniawian lainnya.

Manusia memiliki perbedaan dalam mengartikan tujuan kehidupan, sehingga berbeda pula niat dalam berkompetisi. Diantara manusia ada yang berlomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, karena menganggap harta sebagai tujuan utama. Ada pula yang beranggapan jabatan adalah tujuan utama, sehingga banyak manusia menjadi ambisius dan menghalalkan segala cara untuk menggapai jabatan yang diinginkan. Maka dari itu, perlu kembali diluruskan niat, agar apa yang dicita-citakan mendapat keberkahan.

Islam tidak menafikan kompetisi dalam kehidupan duniawi. Namun kompetisi yang sebenarnya menurut Islam adalah kompetisi dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan jangka panjang manusia yaitu akhirat. Oleh karenanya banyak ayat maupun hadist Rasulullah SAW yang memotivasi umatnya untuk selalu berlomba, bergegas, dan terus menerus melakukan kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun