Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ketatnya Persaingan Hidup, Menuntut Lebih Kreatif

18 Juni 2018   08:37 Diperbarui: 18 Juni 2018   08:49 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persaingan Hidup semakin Ketat 

Dulu cari kerja mudah, tapi sekarang kok sulit ya? banyak lulusan sarjana yang sekarang malah jadi tukang ojek online. Ya itu menandakan persaingan hidup sekarang ke depan akan semakin ketat dan kompetitif. 

Jumlah pertumbuhan manusia tidak dibarengi oleh pertumbuhan lapangan kerja, ibarat kondisi jalan saat ini dimana perkembangan pemakai jalan menggunakan deret perkalian atau deret hitung sedangkan perkembangan jalan menggunakan deret penambahan atau deret ukur. Jadi perkembangan jalan tidak bisa mengejar pertumbuhan pengguna jalan. 

Akibatnya di kota besar macam Jakarta, untuk mendapatkan slot 2 meter peresegi untuk motor saja persaingan begitu ketat dan berat. Sehingga yang terjadi adalah kepadatan, yang tak jarang membuahkan emosi atau ketidaksabaran para pengguna jalan. Ujungnya pengguna jalan akan melanggar etika dan rambu lalu lintas agar cepat sampai tujuan. 

Kalau di jalan saja persaingannya sudah sedemikian berat, apalagi di kota besar, bagaimana dengan lapangan kerja? pastinya lebih berat lagi dan tidak mudah, pasalnya lulusan kerja tiap tahun bertambah, sedangklan pengangguran jumlahnya cukup besar yang mencaai 10 juta orang, hal ini tidak dimbangi dengan jumlah lowongan kerja baik pemerintah maupun swasta. 

Akhirnya sebagian masyarakat memilih bekerja di sektor non formal, wiraswasta maupun menjadi TKI. Selain itu maraknya teknologi yang membuka peluang pekerjaan sebagai mitra menjadi primadona baik sebagai pekerjaan pokok, sambilan, atau selingan sambil menunggu panggilan kerja. Sopir ojek atau taksi online mulai menjamur dan dipadati peminat. 

Pun dengan layanan multidimensi lainnya seperti layanan antar makanan dan sebagainya. Perkembangan sektor informal ini sangat tajam, karena membuka kesempatan luas bagi masyarakat untuk bergabung, Meski disisi lain mematikan ojek atau taksi konvensional. Maka disinilah negara harus hadir sebagai orangtua yang mengatur anaknya dalam mencari nafkah.

 Dengan ketatnya persaingan hidup di berbagai bidang, pada gilirannya akan membuat membuat sebagian orang sukses dan sebagian yang lain tidak sukses, saya tidak menggunakan kata gagal untuk memberi ruang agar mereka yang tidak sukses menjadi lebih sukses kelak di kemudian hari.  Karena bisa jadi hidup seperti roda,kadang ada di bawah dan tak jarang ada di atas. 

Namun bukan kesuksesan atau ketidak suksesan yang menjadi tujuan, tapi bagaimana kita menyikapi keadaan tersebut dan memberikan respon yang baik. Kalau kita bisa mensyukuri kesuksesan sebagai anugerah sehingga bisa berbuat lebih banyak pada masyarakatakan  membuat hidup kita lebih berwarna.

Namun kenyataannya tidak sedikit orang yang sukses malah nasibnya tragis dengan bunuh diri dan sebagainya, sehingga ia tidak bisa menikmati arti kesuksesan tersebut. Pun demikian juga dengan ketidak suksesan , kalau bisa dijalani dengan kesabaran dan keikhlasan maka hati menjadi tenang dan hidup lebih terarah dan mudah. Namun kalau mengedepankan rasa ketidaksyukuran malahan membuat strees dan frustasi yang akan menambah masalah lebih parah. 

Hidup yang kompetitif justru akan melahirkan proses kreatif sehingga banyak orang memilih jalur yang berbeda atau anti mainstream. Inilah cara untuk keluar dari persaingan secara umum, dan memilih cara yang antitesis. Disini muncul istilah out of the box atau berpikir diluar dari kebiasaan, dan banyak orang-orang yang sukses di jalur ini karena yang mainstream itu sudah biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun