Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Yang Puasa itu Bukan Mulut Doang

26 Mei 2018   13:14 Diperbarui: 26 Mei 2018   13:26 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa, Pengerem Hawa Nafsu

Bagi orang beriman, puasa tidak sekadar menahan makan dan minum dari terbit hingga terbenam matahari. Sebab kalau puasa hanya masalah makan dan minum saja, maka tak akan berdampak pada hati dan ruh yang efeknya tidak mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.Atau bahasa kekiniannya nggak ngefek. Maka tak heran kanjeng Nabi Muhammad Saw mewanti-wanti bahwa banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apapun (pahala/kebaikan) kecuali hanya haus dan lapar.

Makan dan minum, adalah bagian dari banyak cabang hawa nafsu, Pengekangan terhadap makan dan minum tanpa disertai dengan pengekangan hawa nafsu yang sejati, hanyalah sebuah ritual penundaan jam makan, Sebab bisa jadi begitu tiba waktu berbuka, gong kebebasan untuk makan menjadi ajang balas dendam, yang membuat perut kekenyangan.

Banyak nafsu lain yang harus dikontrol selama bulan suci Ramadhan, nafsu yang berkaitan dengan hati, rasa iri, benci, sombong. Nafsu yang berkaitan dengan syahwat, Nafsu yang berkaitan dengan ruh atau jiwa. Terutama nafsu yang berkaiatan dengan hati dan emosi harus direm tangan supaya tidak gelinding. Karena kalau nafsu tidak dikendalikan maka ia yang akan mengendalikan kita.

Kita harus mampu mengontrol nafsu teruma di bulan Puasa ini, dimana atsmosfer keagamaan begitu kental. Posisikan nafsu tersebut sebagai binatang yang menjadi kendaraan kita. Setiap kali dia menyimpang, maka ingatkan dengan pukulan atau ambil kemudi untuk diluruskan jangan sampai keluar dari jalur yang benar.

Berusahalah untuk mengontrol hawa nafsu, jangan dperturutkan. Jangan menyerahkan kalbu kepada nafsu sehingga membawa pada sifat kebinatangan,. Tinggalkanlah nasfu karena nafsu menjauhkan diri dati ketaatan. Manusia telah dikarunia Tuhan dengan kalbu, akal, nafsu dan keinginan, Kalbu dan akal akan selalu berlawanan dengan nafsu dan keinginan, Kita tidak bisa melawan nafsu dan keinginan, yang bisa mengendalikan,

Puasa itu mengekang Hawa Nafsu

Penyakit perut, tidak separah penyakit hati. Karena kebanyakan penyakit fisik dipengaruhi oleh penyakit hati. Orang yang gampang marah maka tensinya akan naik. Orang yang darah tinggi, kalau bisa menahan amarah maka tensinya akan turun. Dalam jiwa yang sehat terdapat raga yang sehat.

Puasa itu melatih hati untuk tetap menunduk, tidak gampang marah, iri, sombong dan merasa paling benar. Kalau hati sudah menunduk pada ketaatan maka ia akan menundukkan hawa nasfu, yang terus bergejolak di dalam diri. nafsu bukan untuk diperturutkan tapi dikendalikan oleh hati.

Nafsu manusia selalu mencari kesenangan tanpa batas, kesempitan adalah pahit baginya. Nasu muncul membara pada kondisi bergelimangnya kemewahan dan kondisi lapang, dalam kondisi sempit nafsu nyaris tak mempunyai andil apapun. Mari kita kendalikan nafsu dalam kondisi apa pun.

Allah sengaja menjadikan setan sebagai musuhmu suapa Dia bisa menggiringmu memujaNya. Allah sengaja mengggerakkan hawa nafsumu agar engaku senantiasa menghadap Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun