Oleh: Cheryl Dwi Nur Zahra, De Shila Syailinda Maulida, dan Lastri Leonita
Kenapa Harus Anggrek?
Anggrek memiliki jenis beragam dan tersebar di seluruh dunia dengan nilai ekonomi yang tinggi serta kaya akan manfaat. Meskipun anggrek memiliki banyak manfaat dan merupakan anggota dari tanaman obat-obatan herbal, kosmetik, perasa dan wewangian anggrek sering kali diabaikan para pedagang maupun peneliti karena kurangnya metode penyerbukan dan kondisi iklim yang tidak mendukung. (Kayalvizhi et al., 2020). Selain itu, penggundulan hutan serta pemanenan anggrek secara ilegal menjadi ancaman serius terhadap kelangsungan hidup anggrek yang terancam punah. Maka dari itu diperlukan identifikasi spesies yang terancam punah diperlukan  untuk perencanaan dan pengelolaan metode konservasi in situ dan ex situ. (Bhutia et al., 2023).
DNA Barcoding: Teknologi Identifikasi
DNA barcoding adalah metode untuk mengenali spesies berdasarkan urutan DNA pendek yang khas dan spesifik. Teknik ini berfungsi seperti "kode batang" di supermarket setiap spesies punya pola DNA yang bisa dipindai.
Teknologi barcode DNA dikembangkan untuk identifikasi spesies anggrek dengan cepat dan akurat untuk mempercepat konservasi dan komersialisasi  anggrek endemik dan langka. Berbagai eksperimen juga telah dilakukan untuk mengidentifikasi gen-gen yang spesifik dan daerah genom yang dapat berfungsi sebagai barcode DNA. Kelompok kerja Konsorsium untuk Barcode Kehidupan telah mengusulkan gen plasmid seperti rbcL dan matK sebagai kode batang universal untuk tanaman darat, selain penanda  plasmid, gen plastida yang dikonversi seperti  accD, ndhJ, rpoB, rpoC1, dan ycf5; daerah spacer intergenik plastida trnHpsbA, atpFatpH dan psbKpsbl; dan daerah spacer transkrip internal ribosom nuklir: ITS (ITS1+5.8S+ITS2), ITS1, and ITS2 juga ditemukan sebagai daerah barcode DNA untuk identifikasi tanaman.Â
Riset di India: Menyelamatkan Anggrek dengan Genetika
Penelitian oleh Srivastava (2020) mengumpulkan 62 sampel anggrek dari 35 spesies berbeda, tersebar di wilayah: Kerala, Karnataka, Maharashtra, Â Assam, Nagaland; dan Tamilnadu. Sampel lapangan diidentifikasi oleh Dr. K. Sashidhar, Presiden "The Orchid Society of Karnataka" (TOSKAR), berdasarkan karakter reproduktif dan vegetatif. Spesimen selanjutnya dibuat herbarium diawetkan di Departemen Mikrobiologi dan Bioteknologi Universitas Bangalore, Bengaluru, India.Â
Metodologi Lengkap